VISI.NEWS | BALEENDAH – Padepokan Giri Harja Jelekong menjadi saksi pagelaran Wayang Golek yang cukup meriah dalam rangka memperingati Hari Wayang, Sabtu (11/11/2023) malam. Acara yang dikemas dalam “Jelekong Fest” ini tidak hanya dipadati oleh penonton, tetapi juga dihadiri Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Jawa Barat, Dwi Ratna Nurhajarini, pengamat budaya yang juga penulis buku wayang Arthur S Nalan dan Wakil Bupati Sahrul Gunawan.
Dalam keterangannya kepada VISI.NEWS, KepalaBPK Jawa Barat Dwi Ratna Nurhajarini menjelaskan bahwa tugasnya adalah memelihara warisan budaya, baik yang tangible maupun intangible. “Di antara kegiatan kami, festival-festival telah menjadi bagian dari usaha pelestarian, termasuk festival angklung yang akan datang, ” ungkapnya.
Pagelaran ini, kata Ratna, tidak hanya sekadar gebyar seni, tetapi juga menjadi panggung apresiasi bagi komunitas di Jelekong. Dwi Ratna menyoroti keberagaman seniman, budayawan, dari dalang hingga pengrajin dan pelukis, yang menciptakan karya-karya unik tersebar di seluruh Indonesia.
“Masyarakat di Jelekong memainkan peran penting dalam menjaga dan mengembangkan tradisi. Mereka adalah inovator, fasilitator, dan pelaku utama dalam upaya pelestarian warisan budaya tak benda,” tambah Dwi Ratna.
Hari Wayang bukan hanya tentang pagelaran, tetapi juga membangkitkan ekosistemnya. Dwi Ratna menegaskan, “Kami ingin agar ekosistem ini terangkat. Jangan hanya sekadar pagelaran, tetapi juga kegiatan yang terhubung untuk memastikan pewarisan tradisi berjalan lancar.”
Sejak pagi, katanya, rangkaian kegiatan dilaksanakan untuk mendekatkan anak-anak dengan wayang, melibatkan komunitas dari tempat lain, dan memadukan warisan budaya dengan teknologi informasi. Live streaming digunakan untuk menjangkau lebih banyak orang, menjaga ekosistem agar tetap hidup, dan pola pewarisan tradisi terus berjalan.
Puncak acara menyajikan pemutaran dalang cilik yang merupakan hasil karya anak-anak yang pernah terlibat dalam kegiatan Balai Pelestarian Kebudayaan. Harapan besar terletak pada terus tumbuhnya tradisi wayang, dari yang masih SMP hingga menjadi profesional.
Dalam momen Hari Wayang, kolaborasi dan berbagi ilmu menjadi kunci untuk menjaga keberlanjutan warisan budaya. “Hari Wayang bukan hanya sekadar perayaan, tetapi momentum untuk terus bergotong royong dalam pelestarian kebudayaan,” tutup Dwi Ratna.
@mpa