Bupati, “Ekowisata, Sabilulungan memadukan budaya Sunda dan Nias”
VISI.NEWS – Bupati Bandung H. Dadang M. Naser menilai keberadaan Desa Wisata Alam Santosa Ekowisata bisa mendukung pembangunan lingkungan di Kabupaten Bandung.
Bidang pembangunan yang menurutnya cukup sulit diwujudkan, bahkan dalam dua periode dirinya menjabat sebagai bupati.
“Membangun sebuah resort dengan menghijaukan kembali lahan kritis, ditanami tanaman keras yang dapat menyerap air dengan baik, sehingga memunculkan sumber air dan meminimalisir risiko banjir. Tentu kami sangat mengapresiasi, sebagai upaya merehabilitasi kerusakan lingkungan,” ungkap Bupati Dadang Naser di sela-sela Peresmian Desa Wisata yang berlokasi di Desa Cikadut Kecamatan Cimenyan, Sabtu (17/10/2020).
Hal tersebut, kata bupati, dapat menjadi contoh teladan yang baik. Juga dapat ditiru di wilayah rawan bencana lainnya di Kabupaten Bandung.
“Terutama saat memasuki musim penghujan, banyak wilayah kita yang rawan banjir, banjir bandang maupun longsor atau pergeseran tanah. Kalau seluruh masyarakat memiliki kesadaran lingkungan yang sama dengan para tokoh penggerak lingkungan, tentu bencana dapat kita hindari, setidaknya dapat kita minimalisir,” imbuh Dadang Naser.
Selain itu tutur Kang DN panggilan akrabnya, keberadaan Alam Santosa juga selaras dengan visi Kabupaten Bandung yang berlandaskan kultural.
“Kami mengapresiasi kerjasama yang dilakukan antara warga Desa Cikadut dengan masyarakat Nias. Saya melihat adanya kebersamaan antara seluruh komponen dalam pertemuan hari ini. Keterlibatan tokoh adat dan budaya perpaduan Sunda dan Nias, bekerjasama pula dengan pihak akademisi, desa wisata ini sangat mencerminkan jiwa Sabilulungan di dalamnya,” Kang DN menuturkan.
Peresmian yang dilakukan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) RI Yasonna Laoly, lanjut Kang DN, juga berkaitan dengan komitmen warga Desa Cikadut untuk menjadikan desanya Desa Bersinar.
Desa Bersinar merupakan salah satu upaya pencegahan dan penanganan penyalahgunaan narkoba di tingkat desa, serta dikelola secara mandiri oleh pemerintah dan masyarakat desa.
“Kerjasama Alam Santosa dengan Desa Cikadut juga ditunjukkan melalui berbagai pelatihan, sebagai komitmen dalam mewujudkan Cikadut sebagai Desa Bersinar yang betul-betul bersih dari narkoba,” lanjutnya.
Eka Santosa, pendiri Alam Santosa mengatakan, biasanya dalam pembuatan resort dilakukan pembabatan hutan. Namun dirinya melakukan sebaliknya di lahan kritis.
“Saya recovery lahan ini dalam perjalanan kurang lebih 15 sampai 20 tahun. Belum menjadi hutan, baru sebatas kebun tanaman keras. Namun terbukti menjadi sebuah sumber air, di mana tercipta sebuah ekosistem, plankton tumbuh dan spesies ikan endemik hidup,” terang Eka.
Selain itu, dirinya menambahkan pula beragam jenis ikan yang sudah tergerus industri di DAS Citarum. “Basisnya organik, jadi kita kembangbiakkan juga sebagai percontohan budidaya ikan. Sehingga ke depan ini dapat menjadi pusat kuliner berbasis ikan organik, untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat,” urainya.
Dari aspek ekonomi, tambah Eka, Alam Santosa dikerjasamakan dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). “Untuk ticketing kita bekerjasama dengan desa, dan untuk pengadaan alat-alat campingnya karang taruna Desa Cikadut,” Eka menambahkan.
Di Alam Santosa, terdapat sebuah jembatan yang menjadi simbol hubungan batin dengan masyarakat Nias Sumatera Utara. Pada 2007 lalu, Eka ikut memperjuangkan Nias menjadi daerah otonomi baru.
“Melalui SK bupati setempat, saya dianugerahi gelar Balugu, artinya orang yang menghubungkan pulau-pulau yang ada. Bagi saya, itu menjadi sebuah beban moril yang harus saya jaga. Karenanya, silaturahmi itu saya lanjutkan dan kembangkan di Alam Santosa ini,” pungkas Eka.@mpa