VISI.NEWS | KOTA BANDUNG – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, berkaitan dengan program untuk mencetak para penghafal (tahfiz) Al-Quran, Emil menjelaskan, dalam tiga tahun terakhir sudah terdapat 4.700 desa di Jabar yang memiliki SDM penghafal Quran, melalui program satu desa satu hafiz Quran.
Setelah level menghafal, terdapat level mendakwahkan yang biasanya dilakukan para ulama. Sedangkan level terakhir adalah memedomani Quran. kata Ridwan Kamil, saat menyampaikan sambutan pada peringatan malam Nuzulul Quran (turunnya Al-Quran), Senin (18/4/2022) di Masjid Raya Bandung, Jawa Barat.
Dalam kegiatan tersebut, Gubernur menyerahkan bantuan uang tunai sejumlah Rp 25.000.000, kepada Ketua DKM setempat.
Tampil sebagai penceramah, Dr. Ir. Edwan Kardena, Dekan Fakultas Teknik Sipil ITB.
Hadir pada kesempatan tersebut antara lain Wakapolda Jabar, Brigjen Pol. Bariza Sulfi; Kajati Jabar, Dr. Asep N. Mulyana; Ketua MUI Jabar, KH. Rachmat Syafei; Plt. Kepala Kanwil Kemenag Jabar, Dr. H. Yusuf M.Pd., Rois Syuriah PWNU Jabar, KH. Abun Bunyamin, tokoh Jabar H. Uu Rukmana, serta perwakilan dari sejumlah ormas Islam lainnya.
Menurut Gubernur Jabar, ada tiga bencana jika masyarakat jauh dari ulama. Pertama, dicabut keberkahan di tengah masyarakat; kedua, hadir banyak pemimpin pemimpin zalim dan ketiga, akan terjadi krisis akhlak.
“Insyaallah Gubernur Jawa Barat mah tidak begitu. Semua selalu saya tanya kepada ulama. Krisis akhlak itu misalnya banyak mengurusi maksiat ketimbang kemaslahatan,” tutur pria yang akrab disapa Kang Emil itu.
Dengan demikian, moto “Jawa Barat Juara Lahir Batin” tidak hanya juara dalam pembangunan fisik seperti jalan, jembatan, atau taman, namun juga membangun sumber daya manusia penghafal Al-Quran.
Selain itu, ada pula pemberian kredit tanpa bunga yang dikelola pihak masjid, menangani kaum duafa, dan pelaksanaan bakti sosial.
“Karena itu, mari kita syukuri karena bisa hidup di Jawa Barat. Bandingkan, misalnya, dengan yang terjadi di Ukraina. Warganya terjebak dalam perang dengan Rusia. Banyak yang menjadi korban. Di sini kita bebas bisa berkumpul seperti ini. Berada dalam masjid untuk mendapatkan ilmu dan keberkahan. Alhamdulillah kita termasuk orang-orang yang beruntung,” tutur Emil.
Menurutnya, tidak lama lagi masyarakat akan memasuki tahun politik. Dia berpesan agar warga Jabar tidak terjebak dalam pertengkaran terkait pilihan politik. Jangan ada lagi pengelompokan masyarakat yang berbeda pilihan, apalagi saling menjuluki dengan nama binatang. Hal itu bukan adab yang baik untuk diwariskan kepada anak cucu.
“Mari sudahi cara-cara seperti itu. Semoga kita menjadi warga negara yang saleh, tidak jauh dari ilmunya ulama. Dengan ilmu ulama, maka akan hadir pemimpin yang adil,” tuturnya.
Ruh manusia
Sementara itu, Edwan Kardena dalam ceramahnya menjelaskan, Allah SWT menciptakan Al Quran bersama-sama dengan menciptakan ruh manusia, sekaligus diturunkan di Lauhul Mahfuz. Setelah itu Al Quran diturunkan secara sekaligus dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah atau disebut juga langitnya dunia.
Kemudian selama 23 tahun diturunkan secara mencicil tergantung kondisi pada saat itu.
“Waktunya bisa malam, siang, atau sore kepada Rasulullah saw. Kemudian beliau menyampaikannya kepada kita semua. Tidak banyak keterangan yang kita dapatkan, bagaimana tahapan Allah menurunkan Al Quran hingga sampai kepada kita. Tetapi itulah yang kemudian dikenal sebagai nuzulul Quran yang ada dalam Al Quran,” ungkapnya.
Dikatakan, selama ini kaum muslim sudah hafal betul ayat yang menyebutkan bahwa Al Quran diturunkan pada malam qadar. Arti qadar sendiri bisa bermacam-macam. Misalnya, bisa bermakna “mulia”. Artinya Al Quran itu diturunkan pada hari yang mulia. Pada ayat lain, diartikan juga sebagai takdir. Garis besarnya, takdir sudah ditentukan Allah SWT. Tetapi kadang per tahun itu ditetapkannya pada malam lailatulqadar.
Sebagian ulama, punya pendapat bahwa malam lailatulqadar ditandai dengan bertemunya dua pasukan besar, yang ditafsirkan sebagai pasukan khusus muslim dan pasukan Quraisy saat Perang Badar pada 17 Ramadan. Hadis-hadis lain menyebutkan, lailatulqadar terjadi pada malam-malam ganjil seperti tanggal 21, 23, 25 dan sebagainya.
“Jadi tidak perlu diperdebatkan tanggalnya. Sebab yang penting dalam memperingati Nuzulul Quran, makna yang seharusnya kita ambil adalah menjadi kibat suci ini sebagai pedoman hidup kita. Kita segarkan kembali bahwa Al Quran itu adalah pedoman hidup kita,” ujarnya.
Usai acara tersebut, Plt. Kepala Kanwil Kemenag Jabar, Dr. H. Yusuf M.Pd, saat dimintai pendapatnya menjelaskan, Nuzulul Quran menjadi salah satu keistimewaan bulan Ramadan.
“Selain berbagai pahala yang bernilai khusus, bulan Ramadan juga memiliki keistimewaan tersendiri. Di bulan inilah kitab suci umat Islam diturunkan,” tuturnya.
Menurutnya, Al Quran merupakan pedoman hidup yang lengkap. Setiap muslim sudah seharusnya menumbuhkan kebiasaan membaca Al Quran. Selain mendapatkan pahala, juga bisa menyelami arti setiap kalimat yang dibacanya. @fen