500 Jiwa Meninggal Dunia, dari Lebih 700 Ribu Kasus DBD di Masa Pandemi

Editor Reisa Broto Asmoro/visi.news/bnpb
Silahkan bagikan

Lebih dari 700 Ribu Kasus DBD di Masa Pandemi, Jumlah Kematian Hampir 500 jiwa

visi.NEWS  Di tengah masa pandemi, hingga kini kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia meningkat. Laporan Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kasus DBD mencapai lebih dari 700 ribu kasus. Gugus Tugas Nasional meminta masyarakat waspada ancaman DBD di saat masih melawan covid-19.

 

Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional, dr. Reisa Broto Asmoro, mengatakan, DBD adalah salah satu tantangan terberat Pemerintah Indonesia, beban kesehatan masyarakat yang juga mengancam kesehatan. Kasus DBD yang tersebar di 465 wilayah administrasi di tingkat kabupaten dan kota mengakibatkan jumlah kematian hampir 500 jiwa.

 

“Di tengah pandemi covid-19, kita juga harus menekan angka kesakitan DBD. Kita harus tetap bergerak, memantau nyamuk baik secara mandiri, bersama-sama, maupun bekerja sama dengan pemerintah,” ujar dokter Reisa saat konferensi pers di Media Center Gugus Tugas Nasional, Jakarta, Jumat (3/7).

 

Ia meminta warga menjaga kebersihan lingkungan secara rutin satu bulan sekali.

 

“Sekarang kita mulai produktif kembali, maka, mari perhatikan saluran air, tempat nyamuk bertelur, dan tempat-tempat dengan reservoir air,” ujarnya.

 

Nyamuk aedes aegypti lebih senang bersarang di air yang bersih yang dibiarkan tergenang. Reisa menyampaikan langkah pencegahan dengan melakukan 3M, yakni menguras penampungan air bersih atau mengeringkan genangan air, menutup kolam atau wadah penampungan air dan mengubur barang bekas atau mendaur ulang limbah bekas agar tidak menjadi sarang nyamuk.

 

“Itu adalah langkah-langkah utama pencegahan DBD,” ujarnya.

 

Langkah lain yang praktis yaitu jangan menggantung pakaian bekas pakai yang berpotensi menjadi tempat bersembunyi nyamuk DBD di dalam rumah.

Baca Juga :  Persib Tunggu Surat Resmi PSSI Soal Lanjutan Kompetisi

 

“Nah, kebiasaan baru yang mengharuskan kita untuk membersihkan diri setelah sampai di rumah, sekaligus memastikan pakaian yang kita pakai setelah aktivitas langsung dicuci. Sejalan dengan pesan pemerintah untuk memberantas covid-19, sekaligus dapat mencegah DBD,” ujarnya.

 

Lebih lanjut, dia meminta warga berkoordinasi dengan pihak pengelola lingkungan dalam upaya pemberantasan nyamuk di pemukiman.

 

“Ya terutama, dimulai dari rumah Anda sendiri. Dalam adaptasi kebiasaan baru di mana kita menjalani kebijakan pengaturan waktu kerja, penggiliran hari kerja, pergantian hari berkantor, dan bisa bekerja dari rumah atau work from home, memberikan kita waktu untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk di rumah dan lingkungan sekitar rumah kita,” katanya.

 

Ia juga menyampaikan ciri-ciri gejala DBD, menurut dia, gejala DBD tidak langsung muncul. Seseorang baru merasakan gejala pada 4 hingga 10 hari setelah digigit nyamuk bervirus dengue. Gejala paling umum yakni demam tinggi hingga 40 derajat celcius.

 

Gejala lain berupa sakit kepala, nyeri tulang, nyeri otot, mual, muncul bintik merah di kulit hingga pendarahan pada hidung dan gusi.

 

“Bintik-bintik merah yang muncul di permukaan kulit merupakan tanda terjadinya pendarahan pada kulit akibat penurunan trombosit. DBD bisa berkembang menjadi kondisi berat dan merupakan kegawatan, yang disebut dengan dengue shock, atau DSS, dengue shock syndrome,” ujar Reisa.

 

Ia menambahkan, gejalanya berupa muntah, nyeri perut, perubahan suhu tubuh dari demam menjadi dingin atau hipotermia, dan melambatnya denyut jantung. DBD menyebabkan kematian ketika penderitanya mengalami syok karena perdarahan.

 

Belum ada obat spesifik untuk melawan DBD. Pemberian obat hanya ditujukan untuk mengurangi gejalanya, misalnya demam, nyerinya, serta mencegah komplikasi. Selain itu, penderita DBD dianjurkan untuk banyak istirahat dan cukup minum agar tidak mengalami dehidrasi.

Baca Juga :  PAN Apresiasi Program Unggulan Pemberian Insentif Guru Ngaji

 

Reisa mengingatkan, puncak kasus DBD biasa terjadi menjelang pertengahan tahun seperti sekarang. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa wilayah dengan banyak kasus DBD merupakan wilayah dengan kasus covid-19 yang tinggi seperti Jawa Barat, Lampung, NTT, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Sulawesi Selatan.

 

“Fenomena ini memungkinkan seseorang yang terinfeksi covid-19, juga beresiko terinfeksi DBD. Pada prinsipnya sama, pada prinsipnya, upaya untuk mencegahnya adalah menghindari infeksi, dan untuk DBD, gigitan nyamuk,” ujarnya.

 

Ia meminta masyarakat bersama-sama membasmi DBD dan terus melawan covid.

 

“Mari lindungi diri kita, lindungi keluarga, mulai dari rumah untuk melawan covid-19 dan mencegah DBD. Tetap sehat, tetap semangat,” katanya.@awn

 

Fendy Sy Citrawarga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Peringati HUT Ke-60 HBA dan HUT ke-27 IAD, Kejari Garut Gelar Baksos

Sab Jul 4 , 2020
Silahkan bagikanVISI.NEWS – Warga yang tinggal di sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Pasirbajing, Desa Sukaraja, Kecamatan Banyuresmi, Garut, Jawa Barat, Sabtu (4/7) dibuat kaget karena tiba-tiba kedatangan rombongan dari Kejaksaan Negeri (Kejari) Garut. Mereka lebih kaget lagi begitu mendapat hadiah berupa bingkisan bahan kebutuhan pokok. “Alhamdulillah, hari ini kami […]