VISI.NEWS – Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat H. Dede Yusuf M. Effendi menyatakan, sebanyak sekitar 71.000 siswa SD, SMP, dan SMA yang sudah menerima bantuan Program Indonesia Pintar (PIP) yang tersebar di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat.
Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Komisi X DPR RI ini saat melaksanakan kunjungan daerah pemilihan (kundapil) dan monitoring PIP di lingkungan SMPN 2 Solokanjeruk, di Desa Cibodas, Kecamatan Solokanjeruk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (11/9).
Selain bertemu dengan para guru di lingkungan sekolah tersebut, Dede Yusuf juga bertemu dengan perwakilan para orang tua siswa yang merupakan penerima manfaat bantuan PIP tahap satu di lingkungan sekolah tersebut.
Hadir pula dari perwakilan Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, jajaran Muspika Solokanjeruk, dan aparat Desa Cibodas.
Dede Yusuf mengatakan, puluhan ribu siswa SD, SMP, dan SMA/SMK penerima bantuan PIP itu berdasarkan pada usulan sekolah.
“Termasuk Dinas Pendidikan juga sudah punya usulan,” kata Dede kepada wartawan.
Kalau untuk mahasiswa yang kuliah, imbuh Dede Yusuf, ada program Kartu Indonesia Pintar (KIP) kuliah. KIP kuliah itu untuk mahasiswa yang terdampak tidak bisa bayar UKT (uang kuliah tunggal).
“Itu pun kami tambahkan alokasinya untuk program KIP-kuliah sebanyak 400.000 yang harus didaftarkan melalui kampus. Nanti kampus minta ke kita atau ke Kementerian Pendidikan. Prinsipnya, kita menyalurkan,” tuturnya.
Lebih lanjut Dede Yusuf mengatakan, PIP ini sebetulnya ada dari jalur reguler dan dari hasil laporan Kementerian Pendidikan tidak bisa terserap dengan maksimal.
“Masih banyak data dan angka penyerapannya masih sedikit sekali. Nah itu disebabkan data dapodik yang masuk ke pusat kadang berubah di lapangan. Contoh, yang saya katakan hari ini warga miskin baru tiba-tiba menjadi lebih banyak daripada yang semestinya,” tuturnya.
Ia pun mengatakan, para orang tua yang sebelumnya mendapatkan bantuan dalam program pendidikan untuk kelangsungan pendidikan anak-anaknya, kemudian tiba-tiba tidak dapat karena orang tuanya mungkin sudah dapat pekerjaan lebih baik.
“Oleh karena itu, kami mengirim tim untuk meninjau ke rumah-rumah siswa, jadi yang mendapatkan bantuan PIP ini adalah memang orang-orang yang saat ini terdampak ekonominya. Sehingga dengan adanya bantuan sebesar apa pun sangat berarti bagi mereka. Nah prinsip dasarnya, kami mencoba menyalurkan bantuan untuk pendidikan sebanyak mungkin kepada yang membutuhkan,” paparnya.
Ia juga mengaku terharu setelah mendengar pengakuan dari perwakilan orang tua siswa penerima bantuan PIP maupun dari pihak sekolah yang menyebutkan program PIP gelombang pertama yang sudah cair dan diterima langsung para penerima manfaat tanpa potongan sedikit pun.
“Alhamdulilah. Ini amanah konstitusi Undang-Undang,” ujarnya.
Memasuki pandemi Covid-19 ini, katanya, banyak masyarakat yang menjadi miskin baru. Jumlah total miskin baru bertambah antara 40-50 persen, yaitu dari 7 juta jiwa menjadi 10 juta jiwa dan umumnya mereka menjadi penggangguran karena kehilangan pekerjaan sehingga pemerintah menambah bantuan PIP. Dengan harapan program ini bisa diserap oleh masyarakat yang mengalami miskin baru tersebut.
“Artinya, orang yang mendadak tak mampu,” katanya.
Dalam penyaluran bantuan PIP, ia pun sudah mengingatkan sejumlah pihak untuk tidak ada potongan apa pun karena ini uang rakyat.
“Tidak boleh dipotong sama sekali. Ada potongan tolong laporkan kepada saya. Alhamdulilah dalam kurun beberapa bulan ini, 35.000 program PIP di Kabupaten Bandung bisa disalurkan. Itu diterima langsung oleh rekening orang tua siswa sebagai penerima bantuan. Untuk siswa SD sebesar Rp 450.000, SMP sebesar Rp 750.000 dan SMA kurang lebih Rp 1 juta. Perputaran uang bantuan itu bisa mencapai Rp 40 miliar, sehingga dapat menggerakkan ekonomi yang mandek,” tuturnya.
Dia berharap, bantuan PIP ini bisa membantu dan dimanfaatkan untuk pendidikan anak-anak penerima bantuan tersebut.
“Jangan takut anak-anak kita tak bisa belajar. Belajar itu sarana pendukung, sarana pertama orang tua,” ucapnya.
Dede Yusuf sering mendengar desakan dari orang tua yang mengharapkan ada bantuan kuota untuk kebutuhan komunikasi. Sementara dengan adanya pemanfaatan handphone dalam belajar bagi para siswa itu, mengancam nikah muda.
“Soalnya, anak chating terus dan pacaran. Untuk itu, bahaya orang tua melepas anaknya belajar daring. Ketika dilepas, apakah anak belajar atau membuka aplikasi yang tak baik?” katanya.
Dikatakannya, belajar melalui daring ini bisa berlanjut ke depan dengan waktu yang belum bisa dipastikan. Mengingat, dampak pandemi Covid-19 ini ada klaster baru, di antaranya di rumah, dan kantor. Melihat kondisi demikian, otomatis pendidikan akan berubah.
“Jadi untuk saat ini tak mungkin membangun ruang kelas baru, tapi kita berusaha untuk membangun teknologi untuk kelangsungan pendidikan,” katanya.
Misalnya, kata Dede Yusuf, pemerintah menyediakan Wi-Fi gratis di balai desa untuk memfasilitasi para siswa belajar dalam kondisi pandemi Covid-19 yang belum pasti kapan berakhir.
“Saatnya kita saling dukung dan bantu untuk menggerakkan roda ekonomi. Saat ini, kita fokus masalah kesehatan, ekonomi dan pendidikan karena sangat penting dan itu harus menjadi prioritas pemerintah,” tuturnya.
Sementara itu Kepala SMPN 2 Solokanjeruk Tiktik Ruswandi mengatakan, kehadiran Dede Yusuf sebagai bentuk kasih sayang kepada para siswa. Sebelumnya, diusulkan 54 siswa di lingkungan sekolah itu untuk menerima bantuan PIP. Namun yang menerima bantuan 50 orang karena 4 siswa sudah menerima bantuan dari program lain.
“Dengan adanya bantuan ini, kami akan mengusulkan dan memperjuangkan lagi antara 50 sampai 100 siswa untuk menerima bantuan serupa. Dalam kondisi Covid-19, bantuan sangat dibutuhkan sekali,” kata Tiktik.
“Para orang tua sangat bahagia menerima bantuan PIP untuk kelangsungan para siswa belajar,” imbuhnya.
Ia mengatakan, bantuan itu merupakan amanah dari pemerintah untuk para siswa.
“Kami mengharapkan yang diusulkan itu dengan waktu yang tidak lama lagi bisa dicairkan,” harapnya.
Tiktik pun mengatakan, para siswa di sekolah tersebut terus bertambah setelah sekolah ini berdiri sejak 2008 hingga sekarang.
“Antusias para orang tua untuk menyekolahkan anaknya di sekolah ini sangat tinggi,” katanya.
Salah seorang perwakilan orang tua siswa diketahui bernama Ita (42) mengaku, memiliki anak yang masih sekolah di SD, SMP, dan SMA. Ia berharap bantuan PIP ini berlanjut.
“Ini rasa bahagia bagi orang tua, untuk kelangsungan para siswa belajar. Bantuan yang diterima tidak ada potongan,” kata ibu rumah tangga yang menjadi korban PHK.
Ita mengatakan, menerima bantuan PIP itu anaknya yang sedang sekolah di SMPN 2 Solokanjeruk.@bud