VISI.NEWS | JAKARTA – Tiga juri nasional telah memutuskan sembilan karya terbaik para siswa Indonesia yang akan mengikuti lomba menggambar tingkat internasional, The 6th International Loving-Peace Art Competition (ILPAC). Lomba ini digelar oleh organisasi wanita, International Women’s Peace Group (IWPG), di Korea Selatan.
Ketiga juri, yaitu Ni Ketut Ayu Sri Wardani, Supriyanto alias Sentot Season, dan Defvi Kurniawati Wijaya, menyaring ratusan gambar dari berbagai kota di Indonesia. Tahap awal memilih 10 besar dari masing-masing kategori SD, SMP, dan SMA. Kemudian dipilih tiga gambar dari setiap kategori untuk dikirim ke Korea Selatan dan dinilai oleh juri internasional.
Karya yang lolos dalam kategori SD adalah karya Amelia Christine dari Bogor, Merindu Halimah Beauty dari Jakarta, dan Damia Aqilah Arrad dari Sidoarjo. Untuk kategori SMP, yang terpilih adalah karya Priyanka Chopra dari Jakarta, Hilmi Susilo Wahyudi dari Jakarta, dan Roderick Xavier Yusuf dari Medan. Sedangkan kategori SMA adalah karya Kennard Dwiandra Putra dari Tangerang, Claudia Kim Laurence dari Tangerang, dan Kiera Maulida Otoole dari Salatiga.
Berikut 10 besar karya terbaik ILPAC ke-6:
Kategori SD
1. Amelia Christine/Bogor
2. Merindu Halimah Beauty/Jakarta
3. Damia Aqilah Arrad/Sidoarjo
4. Jennifer Sharon/Bogor
5. Almira Naema Azkadina Sulistiyadi/Bekasi
6. Shezi Ghayda Kesuma/Medan
7. Kirana Durotul Hikmah/Jakarta Selatan
8. Mikaela Allyna Sukma Saputro/Sragen
9. Afino Zivana Naomi Amabel/Yogyakarta
10. Rahma Nabila Zahrani/Bogor
Kategori SMP
1. Priyanka Chopra/Jakarta
2. Hilmi Susilo Wahyudi/Jakarta
3. Roderick Xavier Yusuf/Medan
4. Dania Selna Latashia/Wonogiri
5. Fahira Anindita Putri Mahardi/Sidoarjo
6. Farah Callista Putri Mahardi/Sidoarjo
7. Nuraini Sekar Hartyas/Salatiga
8. Fatihah Rusyada Addien/Sukoharjo
9. Athaya Naila Hafiyya/Salatiga
10. Anggita Rastriary Dwi Nurcahyono/Surabaya
Kategori SMA
1. Kennard Dwiandra Putra/Tangerang
2. Claudia Kim Laurence/Tangerang
3. Kiera Maulida Otoole/Salatiga
4. Nailanur Khatimah/Jakarta
5. Nabila Azkiyah/Samarinda
6. Clarissa Yoselia/Medan
7. Evelyn Aurelia Chen/Pekanbaru Riau
8. Cinta Naura Kristanto/Jakarta
9. Egalita Adliya/Cibinong
10. Clara Elvira Jacob/Tangerang
Pada lomba kali ini, juga diberikan penghargaan spesial (special awards) bagi dua anak berkebutuhan khusus peserta lomba, yaitu Luftiana Nur Afifah dari Salatiga dan Ali Akbar dari Mataram. Menurut Sentot, anak-anak yang berkebutuhan khusus adalah anak-anak luar biasa. Mereka tidak menyerah dengan kekurangan mereka, tetapi berusaha tetap cinta damai dan menjadi duta damai Indonesia dengan caranya sendiri. Mereka menitipkan pesan kepada teman-teman yang terkena musibah akibat perang melalui gambar mereka. “Kami, juri dan IWPG, memberikan apresiasi yang sangat tinggi. Kami berharap, untuk lomba tahun depan, teman-teman berkebutuhan khusus lainnya bisa mengikuti jejak Luftiana dan Ali Akbar,” ujarnya.
Surat Cinta
Ketua IWPG Indonesia, Ana Milana Puspitasari, berharap semangat anak-anak bukan hanya untuk perlombaan, tetapi juga bisa menjadi duta-duta perdamaian. “Kalian semua adalah pemenang dengan mengekspresikan cinta damai lewat gambar, bukan mencari pemenang semata. Apa yang kalian pikirkan dan rasakan dalam sebuah gambar adalah kemenangan buat kalian,” katanya.
Ia menambahkan, jika ada yang terpilih karyanya untuk dikirim ke Korea Selatan, itu adalah sebuah kesenangan. Namun, jika tidak terpilih, jangan merasa sedih. “Gambar anak-anak kami adalah surat cinta kepada saudara-saudara kita yang sedang bersedih akibat peperangan dan belum bisa merasakan perdamaian. Karya-karya kalian akan dipamerkan dan dibukukan, serta disebarkan ke perpustakaan, sekolah, dan lembaga lainnya, supaya karya kalian bisa dinikmati banyak orang,” ujar Ana.
Perwakilan juri, Defvi Kurniawati Wijaya, mengatakan beberapa kriteria menjadi pertimbangan juri, yaitu estetika atau keindahan karya, pewarnaan, kerapian, serta bagaimana menyampaikan ide dan kreativitas dalam karya, originalitas, dan kesesuaian dengan tema tahun ini. “Harus tergambar bahwa karya peserta menyampaikan surat cinta kepada teman-teman kita dengan hati damai, yang disampaikan kepada para sahabat yang menderita karena perang. Teman-teman kita di luar sana sedang menderita. Karya kita adalah pesan hati kita. Bagaimana memperjuangkan perdamaian. Dari tema inilah titik tolak para juri melihat karya peserta,” katanya.
Dikatakan, juri berkumpul di Bandung. Banyak karya yang dinilai, dan sulit menentukan 10 besar, apalagi 3 besar. “Kami membutuhkan diskusi yang lama. Biasanya siang sudah selesai, waktu itu sampai sore,” katanya. “Gambarnya bagus-bagus. Kami terkagum-kagum melihat karya anak-anak Indonesia. Semua keren-keren dan bagus-bagus. Kami sudah memilih yang terbaik dari yang baik. Jika ada karya yang belum dikirim ke Korea Selatan, jangan sedih, karena kalian sudah jadi pemenang, karena karya kalian sudah menyampaikan pesan perdamaian,” katanya.
@uli