VISI.NEWS | SOREANG – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Ace Hasan Syadzily, mengapresiasi peran guru agama dalam membentuk moral dan karakter generasi emas Indonesia. Hal itu disampaikannya saat menghadiri acara Ngobrol Pendidikan Islam (NGOPI) yang diselenggarakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat di Grand Sunshine Soreang, Sabtu (25/11/2023).
Ace Hasan mengatakan, guru agama memiliki tugas mulia untuk mencetak peserta didik yang beriman, bertaqwa, dan berakhlakul karimah, sesuai dengan amanat UUD 1945. Ia menekankan bahwa pendidikan agama tidak hanya bersifat kognitif, tetapi juga psikomotorik, yaitu dengan menunjukkan keteladanan kepada siswa.
“Kalau guru agamanya memberikan pelajaran kepada kita hanya aspek kognitif, maka pasti ilmunya tidak berbekas. Jadi tugas bapak ibu sekalian tugasnya berat, bukan hanya kognitif tetapi kata perbuatan harus sesuai, kita harus menunjukan keteladanan kita sebagai guru agama yang akan memberikan pondasi bagi kehidupan selanjutnya,” ujar Ace Hasan.
Ia juga mengingatkan bahwa generasi yang diajarkan oleh guru agama saat ini adalah generasi yang akan menghadapi bonus demografi pada tahun 2025-2035. Menurutnya, jika generasi ini dapat dikelola dengan baik, maka Indonesia berpeluang menjadi negara maju pada tahun 2045.
“Karena bapak ibu sekalian peserta didik usianya antara 16-18 tahun, mereka adalah generasi yang akan berada di bonus demografi. Apalagi di sini ada guru-guru SMK, mereka inilah yang nanti 2025-2035 adalah generasi yang berada pada usia yang produktif. Kalau kita mampu mengelola bonus demografi secara baik, maka sebagaimana cita-cita semua kita akan menjadi negara maju,” tutur Ace Hasan.
Namun, ia juga mengkhawatirkan dampak negatif dari perkembangan teknologi informasi dan media sosial yang dapat mengikis jati diri dan nilai-nilai agama generasi muda. Ia berharap, guru agama dapat memberikan perlindungan moral dan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
“Pendidikan agama itu penting, tetapi itu harus sebagian. Sebagian yang lain harus diarahkan ke yang lain, seperti apa kebutuhan masyarakat kita. Karena semua latah ingin meningkatkan teknologi, sedangkan di Kabupaten Bandung banyak pertanian. Tugas kita semua termasuk saya sebagai politisi adalah bagaimana mengelola bangsa ini agar kita dapat mendorong generasi emas yang produktif. Kalau tidak, kita ketinggalan kereta,” tambahnya Ace Hasan.
Ajarkan Moderasi Agama
“Selagi saya jadi DPR RI, saya tidak mau revisi yang menghilangkan pendidikan agama. Di negara yang sekuler, tidak boleh diajarkan di sekolah negeri. Di Prancis, ada gak pendidikan agama? Ada juga, tapi untuk riset aja, bukan untuk aspek psikomotorik. Agama itu mimpi, agama itu halusinasi. Di Eropa kan begitu,” ungkap Ace Hasan.
Ia juga mengingatkan bahwa kekayaan alam Indonesia bukan menjadi jaminan untuk menjadi negara maju, jika tidak dikelola dengan baik dan bijak. Ia menyoroti adanya konflik yang disebabkan oleh sumber daya alam, baik di dalam maupun luar negeri. Ia berpesan agar guru agama dapat mengajarkan moderasi agama dan tidak membiarkan agama menjadi sumber konflik atau politik identitas.
“Kekayaan alam bukan menjadi jaminan negara maju. Dalam ekonomi politik, ada istilah kutukan sumber daya alam. Kekayaan akan membuat kita konflik, kalau tidak dikelola dengan baik. Termasuk di Amerika Latin, Venezuela kaya sekali. Termasuk di Timur Tengah, menurut riset, kenapa Israel mengebom Gaza terus menerus? Karena Gaza mengandung gas terbesar. Yang ingin saya tekankan, hati-hati kita mengajarkan nilai-nilai agama, karena kalau tidak bisa, bisa agama dijadikan sebagai simbol. Ujung-ujungnya soal kekuasaan. Karena itu, guru-guru agama, moderasi agama penting untuk diajarkan. Konflik gara-gara agama, sejatinya kita ini bangsa yang besar. Karena itu, bapak ibu sekalian, saya ingin mengingatkan, memastikan sumber daya manusia kita maju, agama kita juga bisa kompatibel dengan kemajuan bangsa kita. Agama jangan jadi sumber konflik, apalagi yang namanya soal politik identitas. Yang harus kita jaga supaya jangan menjadi masalah di masyarakat,” tutur Ace Hasan.
Terakhir, Ace Hasan menyampaikan bahwa pendidikan membutuhkan dukungan politik, terutama dalam hal anggaran. Ia menjelaskan bahwa anggaran pendidikan Indonesia mencapai 660 triliun rupiah, yang terbagi menjadi tiga bagian: daerah, pusat, dan pembiayaan. Ia berharap, anggaran tersebut dapat digunakan secara optimal dan efisien untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
“Pada kesempatan ini, saya menyampaikan hal penting bahwa pendidikan itu membutuhkan dukungan politik. Tidak ada pendidikan yang tidak ditopang oleh politik. Konstitusi kita jelas, anggaran pendidikan kita 660 triliun rupiah. 346 triliun ke daerah, dinas-dinas. 237 triliun dikelola pusat. 77 triliun digunakan sebagai pembiayaan, untuk misalnya beasiswa dan lain-lain,” pungkas Ace Hasan.
@mpa