VISI.NEWS | BALEENDAH -Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi PAN, Ahmad Najib Qodratullah, S.E., M.H., menggandeng Otoritas Jasa Keuangan (OJK) KR II Jawa Barat untuk menggelar “Sosialisasi Edukasi Program dan Kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)” – Demi Peningkatan Literasi Masyarakat, di Kantor Fauzan, di Baleendah, Kabupaten Bandung, Jumat, (25/8/2023).
Dalam acara tersebut, Ahmad Najib memberikan penekanan terhadap banyaknya laporan dan keluhan yang telah sampai di meja kerjanya. “Keluhan tersebut berkaitan dengan berbagai lembaga keuangan, termasuk bank, leasing, pinjol, fintech, dan lainnya. Inisiatif ini bertujuan untuk mewujudkan keinginan bersama di regional Jawa Barat yang didukung oleh tokoh masyarakat dan tokoh pemuda,” ujarnya.
Acara ini, katanya, dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang berbagai aspek penting di dunia keuangan.
Pentingnya penyuluhan ini juga tercermin dalam perhatian terhadap istilah “bank emok.” Ahmad Najib Qodratullah menjelaskan bahwa istilah ini sebenarnya merujuk pada cara duduk yang sopan dalam budaya Sunda. Namun, istilah ini telah diterapkan dalam konteks perbankan dan mendapat konotasi yang kurang baik. Bahkan, dalam rapat resmi di DPR, istilah ini digunakan. Ini menggambarkan perlunya pemahaman literasi keuangan yang lebih baik.
Hutang Tak Terkendali
Dalam upaya untuk memberikan pengetahuan yang lebih baik kepada masyarakat, Ahmad Najib Qodratullah dan OJK mengungkapkan bahwa di era inklusi keuangan saat ini, akses ke fasilitas keuangan telah menjadi lebih mudah.
“Namun, ketika orang tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang keuangan, hal ini dapat berpotensi menyebabkan masalah, seperti terjebak dalam hutang yang tidak terkendali,” ungkapnya.
Terkait hal ini, Ahmad Najib mengemukakan, “Gampilna nambut artos teu dibarengan ku elmu pengetahuan terlepas nambut artosna di lembaga/bank emok ilegal yang tadinya mau mencari solusi malah menjadi menambah hutang.”
Ini menggarisbawahi betapa pentingnya memiliki pengetahuan yang baik sebelum mengambil keputusan finansial.
Paylater
Salah satu poin menarik yang disoroti adalah tingginya angka anak muda di Jawa Barat yang mengalami masalah utang, terutama melalui Paylater atau aplikasi menunda pembayaran, aplikasi berhutang. Hal ini mencerminkan transformasi bisnis dan ekonomi, di mana produk seperti Paylater diciptakan untuk mempermudah transaksi. “Namun, masih banyak pemuda yang kurang bijak dalam meminjam uang, tanpa mempertimbangkan kesiapan keuangan mereka, ” tandasnya.
Dalam konteks kebijakan pemerintah yang mengizinkan produk seperti Paylater, Ahmad Najib Qodratullah menjelaskan bahwa tujuannya adalah untuk memfasilitasi dan mempermudah transaksi bagi masyarakat dan pelaku UMKM. Dengan adanya platform seperti marketplace, proses transaksi menjadi lebih lancar. Namun, perlunya pemahaman yang lebih baik tentang pengelolaan keuangan tetap harus diakui.
Mengenai perubahan dalam bisnis dan ekonomi, Ahmad Najib Qodratullah menyebutkan bahwa hal ini menghasilkan produk-produk baru yang bertujuan untuk mempermudah transaksi. Tetapi, ia kembali menyayangkan kurangnya sikap bijak dari sebagian pemuda dalam mengambil pinjaman, tanpa mempertimbangkan kemampuan keuangan mereka.
Salah satu aspek yang ditekankan adalah mengenai catatan hitam dalam pengajuan kredit. Sebelumnya dikenal dengan nama BI Checking, sekarang dikenal sebagai Slip OJK. “Jika terdapat catatan hitam, orang harus menyelesaikannya terlebih dahulu, bahkan hingga dua tahun. Ini menunjukkan pentingnya menjaga catatan keuangan yang bersih agar masa depan keuangan tetap terjaga, ” katanya.
Terkait hal ini, Ahmad Najib Qodratullah dan OJK menggambarkan betapa pentingnya sosialisasi keuangan yang bijak. Dalam kerjasama dengan Komisi XI DPR RI, program edukasi keuangan diluncurkan untuk memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat. Ini membuktikan komitmen mereka dalam menyediakan pengetahuan yang lebih baik bagi masyarakat, sehingga mereka dapat membuat keputusan finansial yang lebih cerdas.
Bisa Berperan Aktif
Selaku tuan rumah Fauzan, mengungkapkan harapannya bahwa melalui sosialisasi ini lebih banyak pemuda yang terbuka mata dan hatinya untuk lebih bijak dalam mengelola keuangannya. “Hutang itu tetap hutang. Kadang mendapatkannya gampang, tapi setelahnya kemana pun dikejar-kejar penagih hutang, sehingga pengutang tidak bisa lagi bekerja dengan tenang apalagi berkiprah di masyarakat, ” ungkap putra salah satu tokoh wanita di Baleendah Hj. Neneng Tarno ini.
Karena, kata Fauzan, sayang kalau usia muda sudah terjebak pada hal-hal yang tidak produktif dan terjebak hutang diambang batas kemampuannya untuk membayar. “Oleh karena itu, mari kita terus berperan aktif dalam memberikan manfaat kepada masyarakat melalui berbagai bentuk kegiatan yang bermanfaat,” pungkasnya.
@aepsa