VISI.NEWS | SUKABUMI – Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto merupakan salah seorang cucu pejuang kemerdekaan Republik Indonesia (RI) asal Sukabumi, R.H. Didi Sukardi, sehingga Pemerintah Kota (Pemkot) Sukabumi, memberikan nama jalan nasional dengan nama R.H. Didi Sukardi.
Paman dari Ketua KPC-PEN (Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional) Airlangga Hartarto, Mulyana Sukardi mengatakan, Airlangga adalah putra dari Hartini (putri R.H. Didi Sukardi) dan Hartarto Sastrosunarto.
“Hartarto Sastrosunarto, pernah menjabat Menteri Perindustrian pada Kabinet Pembangunan IV (1983-1988) dan Kabinet Pembangunan V (1988-1993) dan Menteri Koordinator bidang Produksi dan Distribusi pada Kabinet Pembangunan VI (1993-1998),” katanya.
Kepada VISI.NEWS, Sabtu (9/7/22), Mulyana mengungkapkan, masyarakat menganggap bahwa R.H. Didi Sukardi adalah salah satu tokoh yang patut dihargai dengan melihat jasa-jasa beliau memperjuangan peningkatan taraf hidup rakyat Sukabumi.
“Beliau terus berusaha memajukan Sukabumi dan memberi yang terbaik dan memiliki keyakinan bahwa berjuang dan berkarya untuk mencapai hal besar justru harus dimulai dari hal yang kecil,” ungkapnya.
R.H.Didi Sukardi, lanjut Mulyana, merupakan tokoh masyarakat Sukabumi terutama masa revolusi fisik dalam mempertahankan kemerdekaan. R.H. Didi Sukardi merupakan tokoh nasionalis di kancah negara federal.
“Ini dapat dilihat dari pemikiran nasionalistik beliau yang terdapat dalam pidato-pidatonya, R.H. Didi Sukardi sendiri awalnya seorang pengusaha perkebunan, akhir tahun 1920, beliau juga menjadi Dewan Kabupaten Sukabumi,” ujarnya.
Kemudian dia juga menjadi ketua cabang dari Paguyuban Pasundan, sebelum kedatangan Jepang, Didi Sukardi sempat menjadi pemimpin dari Partai Indonesia Raya dan juga Gabungan Partai Politik Indonesia (GAPI).
“Ketika zaman pendudukan Jepang, dia menjadi petugas penghubung dari Pembela Tanah Air (PETA), ketika proklamasi kemerdekaan, dia berada di Sukabumi,” ucap Mulyana.
Kemudian menjadi anggota Komite Nasional Indonesia di Sukabumi, Komite ini memiliki kontribusi terhadap ide mengirim delegasi ke pemerintahan militer Jepang di Bogor, Didi Sukardi bernegosiasi dengan penguasa Jepang dari syuchokan tentang permintaan untuk transfer kekuasaan kepada republik baru.
“Jepang merespon permintaan dengan kebijakan mempertahankan status quo, yaitu hanya mengikuti perintah negara-negara Sekutu, aibatnya pecah Pertempuran Bojongkokosan,” paparnya.
Salah satu paman Airlangga Hartarto dan juga anak R.H. Didi Sukardi, Letkol Edi Sukardi, tercatat sebagai pemimpin dalam Pertempuran Bojongkokosan yang terjadi di Sukabumi, 9 Desember 1945. Pertempuran Bojongkokosan diperingati sebagai Hari Juang Siliwangi.
“Letkol Edi Sukardi pensiun dini dari dinas ketentaraan pada tahun 1957, ia meninggal dunia di Bandung, 5 September 2014 dalam usia 98 tahun. Letkol Edi Sukardi tak kenal lelah membantu kehidupan para veteran Pertempuran Bojongkokosan,” pungkasnya.@eko