VISI.NEWS | JAKARTA – Peredaran anggur Shine Muscat menjadi kontroversial setelah Thailand menemukan residu zat kimia berbahaya di buah tersebut. Jaringan Peringatan Pestisida Thailand (Thai-PAN) melaporkan bahwa 23 dari 24 sampel anggur Shine Muscat yang diambil dari 15 toko di Bangkok mengandung residu pestisida melebihi batas yang ditentukan.
Namun, hasil investigasi di Malaysia, Singapura, dan Indonesia menunjukkan hasil yang berbeda. Kementerian Kesehatan Malaysia mengumumkan pada 28 Oktober bahwa tidak ada residu kimia berbahaya yang terdeteksi dalam anggur Shine Muscat. Penelitian ini merupakan bagian dari program Keamanan dan Mutu Pangan yang dilakukan Malaysia dari 2020 hingga September 2024, di mana 5.561 sampel buah telah diuji.
“Dari 234 sampel anggur yang dianalisis selama kurun waktu tersebut, empat (1,71 persen) ditemukan tidak mematuhi MRL dan tidak satu pun di antaranya melibatkan anggur Shine Muscat,” kata Kemenkes Malaysia, seperti dikutip Malay Mail.
Badan Pangan Singapura (SFA) juga mengumumkan pada 30 Oktober bahwa mereka tidak menemukan zat kimia berbahaya dalam anggur Shine Muscat. Meskipun sudah dinyatakan aman, SFA akan terus memantau kualitas buah dan sayuran yang dijual di Singapura untuk melindungi konsumen dari produk yang mengandung bahan kimia berbahaya.
Selain itu, Badan Pangan Nasional (Bapanas) Indonesia menyatakan bahwa anggur Shine Muscat aman untuk dikonsumsi. Plh Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, Yusra Egayanti, melakukan rapid test terhadap residu pestisida pada anggur tersebut bersama dinas yang menangani urusan pangan provinsi selaku Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKPD).
“Hasil uji rapid test yang dilakukan oleh OKKP ini menunjukkan bahwa anggur muscat yang beredar saat ini aman dikonsumsi karena dari semua uji rapid tersebut dalam jumlah aman,” katanya dalam rilis resmi pada Kamis (31/10/2024).
@ffr