VISI.NEWS | ARAB SAUDI – Arab Saudi memutuskan untuk menghentikan pembicaraan terkait perjanjian pertahanan ambisius dengan Amerika Serikat (AS), yang sebelumnya dianggap sebagai langkah menuju normalisasi hubungan dengan Israel. Sebagai gantinya, Riyadh beralih fokus pada kesepakatan kerja sama militer yang lebih sederhana. Upaya perjanjian pertahanan ini terkendala oleh syarat pengakuan Israel terhadap solusi dua negara untuk Palestina.
Situasi militer Israel di Gaza menyebabkan Putra Mahkota Mohammed bin Salman menegaskan kembali bahwa pendirian negara Palestina harus menjadi langkah konkret untuk mencapai normalisasi hubungan dengan Israel.
“Bagaimana kawasan ini bisa terintegrasi jika kita mengabaikan hak Palestina?” ujar seorang pejabat senior Saudi.
Pemerintah AS sebelumnya mendorong perjanjian yang menawarkan perlindungan militer untuk Arab Saudi, namun Riyadh harus terlebih dahulu mengakui Israel. Namun, dengan kondisi politik di Israel yang sensitif dan kemarahan publik di Arab Saudi terhadap situasi di Gaza, negosiasi terhenti. Meskipun demikian, kedua negara berharap dapat mencapai kesepakatan kerja sama militer yang lebih sederhana sebelum Presiden Biden meninggalkan jabatannya pada Januari 2025. Perjanjian ini diharapkan mencakup latihan militer bersama dan peningkatan pertahanan siber, meskipun tanpa komitmen AS untuk membela Arab Saudi dalam konflik besar.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, terus berusaha mewujudkan normalisasi dengan Arab Saudi, meskipun ia menghadapi tekanan politik domestik. Arab Saudi juga khawatir tentang perubahan kebijakan jika Donald Trump terpilih kembali, karena Trump lebih condong pada Israel dengan kebijakan “Kesepakatan Abad Ini”-nya yang tidak menjamin negara Palestina.
Fawaz Gerges, pakar Timur Tengah, menyatakan bahwa normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel tetap mungkin, tetapi dengan syarat yang sangat rumit. Dengan tetap mendukung Palestina, Riyadh mempertahankan sikap keras terhadap setiap langkah yang mengabaikan hak-hak Palestina, menjadikan normalisasi hubungan dengan Israel sebagai tantangan besar dalam waktu dekat. @ffr