VISI.NEWS – Baru beberapa pekan menjabat sebagai Kepala Desa Nanggewer, Kecamatan Pageurageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, dia harus “singkil” (sigap) berjuang melawan ilmu santet yang diduga dikirim oleh oknum tertentu.
Itulah sosok Endang Sunarli, Kepala Desa Nanggewer. Santet yang dikirimkan kepada dirinya itu, diakui Endang membuat dirinya risih.
“Saat itu nyawa saya berada di ujung tanduk,” ucap pria berkumis tipis ini.
Diduga oknum yang mengirim ilmu santet untuk menyantet dirinya adalah seseorang yang ikut dalam pemilihan kepala desa. Dugaan itu berdasarkan dan diperkuat dengan sesumbarnya seseorang yang mengatakan jika Endang Sunarli jadi kades takkan bertahan lama.
“Ya… saya masih ingat. Saat itu ada yang sesumbar mengancam keselamatan diri saya,” kenangnya.
Dalam obrolannya dengan VISI.NEWS di kantornya belum lama ini, sang kades menceritakan ihwal dirinya sebagai mantan pensiunan TNI AU dengan pangkat peltu tahun 1985 yang lalu.
“Semasa MPP (masa persiapan pensiun) saya masih bertugas di wilayah Natuna,” terangnya.
Saat terpilih dan menjabat kepala desa beberapa pekan, tantangan berat pertama yang menghadang Endang diakuinya adalah melawan ilmu santet. Taktik ilmu perang saat masih bertugas pun akhirnya diterapkan.
“Dari pengakuan keluarga para kades terdahulu, mereka yang menjabat kades hidupnya takkan bertahan lama. Dalam hitungan bulan pasca dilantik jadi kades, dipastikan langsung meninggal,” ucap pria bersuara lantang ini.
Hal itu dialaminya sendiri. Setelah dilantik jadi kades dirinya merasakan ada keanehan. Badannya terasa lemas, beragam rasa sakit nyaris terasa di sekujur tubuhnya.
Rasa sakit itu terus berlangsung dalam kurun waktu cukup lama. Berbekal semangat dan jiwa sebagai prajurit TNI yang masih membekas, dirinya tak menyerah. Perlawan untuk melawan ilmu santet dipatahkannya dengan ihtiar dan berdoa.
Perlawanan sengit “berperang” melawan ilmu santet dengan melakukan pengobatan secara spiritual dan kebatinan membuahkan hasil. Rasa sakit yang tak terhingga di sekujur tubuhnya mulai berangsur hilang.
“Terus terang bantuan datang dari pasukan Allah melalui para sesepuh kebatinan. Pengobatan yang tak masuk akal pun dijalaninya,” terangnya sambil mengepalkan tangan dengan suara lantangnya.
Berpacu dalam waktu
Dari kegigihan melawan ilmu santet itulah, kini membuahkan hasil. Setelah merasa kesehatannya pulih total, itu tidak membuatnya serta merta istirahat untuk beberapa waktu.
Baginya tak ada alasan. Karena di hadapannya sudah menunggu setumpuk tugas selaku kades yang harus segera direalisasikan kepada masyarakat.
“Saya harus berpacu dengan waktu,” tandas pria alumnus SMA Islam di Pagerageung ini.
Setumpuk target yang dijadikan jargonnya saat kampanye kades, satu per satu mulai dirasakan oleh 6.000 masyarakat Nanggewer. Yakni dengan “menyihir” wilayah Desa Nanggewer menjadi salah satu wilayah termaju di bidang eknomi kreatif, se-Kecamatan Pagerageung.
Pembukaan objek wisata yang memanfaatkan suasana alam pegunungan Cakrabuana, menjadi salah satu tempat yang diandalkan. Bahkan, menjadi kawasan favorit bagi wisatawan dan atlet olahraga paralayang.
Pembuktiannya itu dipertegas oleh kunjungan Danlanud Wiriadinata Tasikmalaya, Letkol Nav Ali Sudirman Pasaribu ke lokasi paralayang beberapa waktu lalu. Pada kesempatan itu, Danlanud berjanji akan mengusulkan lokasi Gunung Cakrabuana dijadikan tempat olahraga paralayang ke tingkat pusat.
“Persiapan itu pun telah kami lakukan dengan membangun sarana dan prasarana terkait penataan objek wisata dan tempat atlet olahraga paralayang,” tegasnya.
Sementara itu, ketegasan dan kelantangan suaranya pun dibuktikan dengan menantang kedatangan oknum wartawan yang berniat memerasnya.
“Ya.. saat itu saya kedatangan sejumlah orang yang mengaku wartawan. Saya curiga dengan gerak-geriknya. Dan langsung saya tantang untuk beradu argumen,” pungkas pensiunan TNI AU yang masih membekas jiwa prajuritnya ini. @budi s. ombik