Search
Close this search box.

Bandung Jadi Tuan Rumah Kejuaraan Sepak Bola Difabel Asia Tenggara 2025

Special Olympics Southeast Asia 7-a-Side Football Competition 2025, yang digelar di Stadion Sidolig, Jalan Ahmad Yani, pada 10–14 November 2025. /visi.news/ist

Bagikan :

VISI.NEWS | BANDUNG – Kota Bandung kembali menjadi sorotan dunia internasional. Kali ini, bukan karena musik atau kulinernya, melainkan karena menjadi tuan rumah ajang olahraga bergengsi, Special Olympics Southeast Asia 7-a-Side Football Competition 2025, yang digelar di Stadion Sidolig, Jalan Ahmad Yani, pada 10–14 November 2025.

Turnamen ini menghadirkan suasana berbeda. Riuh tepuk tangan, semangat sportivitas, dan energi positif terpancar dari para atlet luar biasa yang bertanding. Sebanyak 12 tim berpartisipasi, terdiri dari 6 tim putra dan 6 tim putri, mewakili enam negara Asia Tenggara dan Asia Selatan, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Bangladesh.

Ketua Special Olympics Indonesia (Soina) Kota Bandung, Abdul Karim, yang juga menjadi penanggung jawab kegiatan, menjelaskan bahwa ajang ini lebih dari sekadar kompetisi olahraga. Ini adalah ruang bagi anak-anak dengan disabilitas intelektual untuk menunjukkan kemampuan dan kepercayaan diri mereka.

“Special Olympics adalah organisasi yang menangani anak-anak dengan disabilitas intelektual, mengembangkan mereka melalui olahraga. Saat ini Bandung dipercaya sebagai tuan rumah ajang sepak bola internasional Seven-Side Football,” ujar Abdul Karim dengan bangga.

Ia menambahkan, kejuaraan ini menjadi sarana pembinaan karakter dan pengembangan diri bagi para atlet. Melalui olahraga, mereka belajar kerja sama, disiplin, dan rasa percaya diri yang akan berdampak pada kehidupan sosial mereka di luar lapangan.

Sebagai tuan rumah, Indonesia menurunkan dua tim nasional. Timnas A sepenuhnya diisi oleh atlet binaan Soina Kota Bandung, sedangkan Timnas B merupakan hasil seleksi dari atlet-atlet Soina se-Jawa Barat. Proses seleksi ini berlangsung ketat agar setiap pemain yang tampil benar-benar siap menghadapi ajang internasional.

Kompetisi ini menerapkan sistem setengah kompetisi (round-robin), di mana setiap tim akan bertemu satu sama lain. Tidak ada babak final khusus—pemenang akan ditentukan dari perolehan poin tertinggi hingga pertandingan terakhir pada 14 November mendatang.

Baca Juga :  Lewat Skema Pentahelix, Kang DS Galang Dukungan Perusahaan untuk Atasi Banjir Dayeuhkolot

Selain memupuk semangat sportivitas, ajang ini juga menjadi momentum penting untuk mengedukasi publik tentang inklusivitas dan kesetaraan. Bandung, dengan reputasinya sebagai kota ramah disabilitas, sekali lagi membuktikan komitmennya sebagai kota yang terbuka bagi semua kalangan untuk berkembang dan berprestasi.

Dengan semangat “berani, berjuang, dan menang bersama”, para atlet difabel intelektual dari berbagai negara itu membuktikan bahwa batas bukanlah halangan untuk menginspirasi dunia.

@uli

Baca Berita Menarik Lainnya :