Search
Close this search box.

Banjir Melanda 16 Kabupaten/Kota di Aceh, Ribuan Warga Terkena Dampaknya

Banjir di 16 Kabupaten/Kota Provinsi Aceh per 27 November, 20.759 jiwa mengungsi, satu orang hilang terseret arus banjir. /visi.news/bpbd

Bagikan :

VISI.NEWS | ACEH – Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) melaporkan bahwa bencana banjir yang terjadi di 16 kabupaten/kota di Provinsi Aceh telah menyebabkan kerusakan signifikan pada rumah dan lahan warga. Sejak 18 hingga 27 November 2025, curah hujan tinggi, angin kencang, dan kondisi geologi yang labil menyebabkan banjir, tanah longsor, dan pergerakan tanah yang berdampak luas. Tercatat, 33.817 kepala keluarga (KK) atau 119.988 jiwa terdampak banjir, dengan 6.998 KK atau 20.759 jiwa mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Salah satu kabupaten yang paling parah terdampak adalah Bener Meriah, di mana banjir bandang terjadi di Kecamatan Wih Pesam. Seorang warga dilaporkan hilang setelah terseret arus. Banjir yang melanda 10 kecamatan di Bener Meriah, termasuk Kecamatan Bandar, Bener Kelipah, Bukit, Gajah Putih, hingga Wih Pesam, terjadi setelah hujan deras dengan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah tersebut. Selain banjir, longsor juga terjadi di Desa Pantai Kemuning, Kecamatan Timang Gajah pada Rabu, 19 November 2025.

Aceh Besar juga mulai terdampak banjir sejak 27 November 2025, dengan ketinggian air mencapai 30-50 cm di 23 kecamatan. Sebanyak 36 KK terpaksa mengungsi. Sementara di Pidie, banjir menggenangi 2.979 KK atau 12.853 jiwa dan menyebabkan 2.081 KK mengungsi ke posko-posko banjir setempat. Di beberapa daerah, banjir masih belum surut, dan warga masih berjuang menghadapi kondisi sulit ini.

Kabupaten Pidie Jaya dan Bireuen juga mengalami banjir akibat hujan deras yang terus berlangsung sejak beberapa hari terakhir. Di Pidie Jaya, puluhan kecamatan terendam banjir dengan ketinggian air antara 30 hingga 100 cm. Di Bireuen, meski tidak ada laporan pengungsi, sekitar 956 KK atau 2.272 jiwa terdampak. Sementara itu, di Lhokseumawe, banjir dan tanah longsor terjadi di empat kecamatan setelah hujan deras yang melanda wilayah tersebut sejak 20 November 2025.

Baca Juga :  Barcelona Libas Bilbao 4-0, Kokoh di Puncak Klasemen Liga Spanyol

Di Aceh Timur, hujan lebat disertai angin kencang sejak 22 November 2025 menyebabkan saluran drainase tidak mampu menampung volume air, sehingga menyebabkan banjir yang merendam rumah warga. Dampak dari bencana ini tercatat pada 7.972 KK atau 29.706 jiwa, dengan 920 KK mengungsi. Di Kabupaten Langsa, air kiriman dari perkebunan kelapa sawit PTPN 1 Langsa menyebabkan genangan banjir yang merendam 110 rumah di Desa Paya Bujok Seulemak. Banjir di Langsa ini diperkirakan masih berlangsung, dengan ketinggian air 20-40 cm.

Sementara itu, di Gayo Lues, banjir yang terjadi pada 18 November 2025 merendam 11 kecamatan, termasuk Blang Jeurago dan Blang Keujeren. Informasi terakhir menyebutkan bahwa banjir di daerah ini masih belum surut. Di Aceh Barat, hujan deras menyebabkan banjir di 12 kecamatan, dengan ketinggian air mencapai 130 cm, dan 183 KK terdampak. Di Subulussalam, lima kecamatan terendam banjir yang mempengaruhi 1.981 KK atau 9.291 jiwa. Banjir di dua kabupaten tersebut juga masih belum surut.

Kondisi serupa terjadi di Aceh Singkil, di mana intensitas hujan yang tinggi menyebabkan meluapnya Sungai Lae Cinedang, merendam 11 kecamatan dengan 6.579 KK atau 25.827 jiwa terdampak. Banjir dengan ketinggian air 50-80 cm masih terus berlangsung. Di Aceh Utara, hujan lebat menyebabkan erosi tebing sungai, mengakibatkan banjir setinggi 30-80 cm yang berdampak pada 2.028 KK atau 3.690 jiwa, dengan 438 KK mengungsi.

Banjir juga melanda 18 kecamatan di Aceh Selatan sejak 22 November 2025. Banjir yang disebabkan oleh naiknya debit air sungai menggenangi rumah dan kebun warga, mempengaruhi 858 KK atau 3.106 jiwa. Meskipun kondisi air mulai surut, beberapa wilayah masih terus menghadapi dampak dari bencana ini.

Baca Juga :  Harga Kripto Hari Ini 24 November 2025: Bitcoin dan Ethereum Mulai Bangkit

Sebagai respons terhadap bencana yang melanda, delapan kabupaten/kota di Aceh telah menetapkan status darurat bencana hidrometeorologi. BPBA mengimbau pemerintah daerah untuk segera melaksanakan langkah-langkah darurat, seperti mengaktifkan posko siaga, melakukan evakuasi, dan menyiapkan logistik serta layanan kesehatan darurat. Masyarakat juga diingatkan untuk tetap waspada, segera mengungsi ke tempat yang lebih aman, serta mengikuti informasi dari BMKG dan BPBD setempat.

Untuk mitigasi bencana, BPBA juga mengingatkan pentingnya menjaga saluran air, menjauhi lereng-lereng yang rawan longsor, dan terus memantau perkembangan cuaca serta kondisi sungai. Dengan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, diharapkan dampak dari bencana hidrometeorologi ini bisa lebih cepat teratasi.

@uli

Baca Berita Menarik Lainnya :