Search
Close this search box.

Buka Pameran Lukisan ‘Body in Art’ di Bandung, Syakieb Sungkar, “Keberanian Hendrik Perlu Kita Acungi Jempol”

Syakieb Sungkar seusai membuka pameran foto bersama Diyanto (paling kiri) sebagai Kurator, di sebelahnya seniman Hendrik Lukman, dan seorang pecinta seni (paling kanan). /visi.news/ist

Bagikan :

VISI.NEWS | BANDUNG – Kolektor yang juga pelukis Syakieb Sungkar mengungkapkan bahwa Hendrik Lawrence Lukman, yang lahir di Bandung, 25 Februari 1957, adalah orang yang beruntung karena kemampuan melukisnya diasah ketika belajar dengan Barli di Studio Rangga Gempol dalam kurun waktu 1976-2004. “Begitu saya melihat karya-karyanya, membuat takjub. Karya Hendrik kuat dengan permainan bayang-bayang, gelap – terang, dengan anatomi yang sempurna. Ia mengingatkan saya pada murid Barli yang lain, Chusin Setiadikara. Murid-murid Barli biasanya kuat di drawing dan teknik arsir. Hal itu terlihat juga jejaknya pada karya-karya Hendrik ini,” ungkap Syakieb saat membuka pameran hasil karya Hendrik Lawrence Lukman “Body in Art”, Jumat (23/9/2022).

Pameran Hendrik kali ini dilangsungkan di Taman Budaya Jawa Barat, Jln. Bukit Dago Selatan 53A, pada tanggal 23-30 September 2022. Dikurasi oleh Diyanto dan diberi judul “Body in Art”. Hal yang terpenting dari pameran ini, selain kualitas karyanya, adalah dihidupkannya kembali tradisi melukis nude yang memudar setelah Reformasi 1998.

“Tradisi melukis nude sudah berlangsung lama dalam sejarah senirupa Indonesia. Pelukis-pelukis seperti Affandi, Hendra Gunawan, Basoeki Abdullah, Lee Manfong, S. Soedjojono dan Barli sendiri, familiar dengan melukis model telanjang. Tradisi ini sempat berhenti sebentar ketika Basoeki Abdullah meninggal, tetapi kemudian dilanjutkan kembali oleh pelukis Mochtar Apin,” ungkap Syakieb.

Namun setelah Apin, katanya, tradisi itu tidak ada yang melanjutkan. Penggerudukan dan represi ormas setelah Reformasi telah sukses membuat pelukis Indonesia ketakutan membuat karya nude. Ketakutan dengan 2 alasan: pertama — takut tidak bisa dipamerkan, dan kedua –- takut tidak laku di market. “Karenanya, keberanian Hendrik perlu kita acungi jempol, ia menghidupkan kembali apa yang sudah padam, sehingga kelak para pelukis Indonesia bergairah lagi menggambar anatomi,” ungkapnya.

Baca Juga :  Kasus Pembunuhan Anak di Maros: Ayah Terancam 15 Tahun Penjara, Hukuman Bisa Diperberat

Kiranya, kata Syakieb, akan lebih baik jika kita semua menikmati karya-karya Hendrik secara langsung agar masyarakat senirupa Indonesia mendapatkan pencerahan.@asa

Baca Berita Menarik Lainnya :