VISI.NEWS | SUKABUMI – Apipudin (67 tahun) telah mengabdi belasan tahun sebagai seorang guru honorer di SDN Anggarudin, Desa Kalaparea, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi. Dia mulai mengajar di sekolah itu sejak 2005 dan berakhir di pertengahan tahun 2024.
Berbagai pengalaman dan banyak cerita dia dapat disaat berkarier sebagai guru honorer.
“Saya mengajar 19 tahun, mulai 2005 dan terakhir mengajar Juni,” kata Apipudin yang ditemui visi.news di rumahnya, Kampung Nyenang RT 04/01, Desa Kalaparea, Kecamatan Nagrak, belum lama ini.
Apipudin mengungkapkan berhenti mengajar karena keinginan sendiri. Disamping usia, dia merasakan sakit pada kakinya yang membuatnya kesulitan berjalan.
“Semestinya saya pensiun itu dari 2016, kan usia pensiun 60 tahun, cuman karena sekolah masih membutuhkan maka melanjutkan mengajar,” katanya.
Bapak 5 anak itu menuturkan sebelum menjadi guru, dia menjabat sekretaris desa (sekdes) di Desa Kalaparea bahkan dirinya juga pernah menjabat sebagai kades sementara di desa itu. Setelah Desa Kalaparea, karirnya sebagai aparatur desa dilanjutkan di Desa Darmareja.
Lalu pada 2005, Apipudin memulai profesi sebagai guru. Dia mengabdikan diri sebagai guru di SDN Anggarudin, sebuah sekolah yang berada tak jauh dari rumahnya.
Di sekolah itu, Apipudin mengajar berbagai pelajaran di kelas 2. Motivasinya menjadi seorang guru hanya satu, ingin mencerdaskan anak bangsa kemudian sekolah memang kekurang guru. Meskipun apabila melihat gaji, jauh dibawah UMK Kabupaten Sukabumi.
Awal mengajar dia mendapat gaji Rp 300 ribu, kemudian naik secara bertahap. Naiknya gaji pun butuh waktu yang cukup lama.
“[Gaji] Rp 300 ribu pada tahun 2005, kemudian yang paling besar Rp 1,2 juta,” ujarnya.
Gaji Rp 1,2 juta itu hanya didapat selama 2 bulan, menjelang dirinya berhenti mengajar di sekolah tersebut.
Dengan gaji yang minim itu, untuk menutupi kebutuhan hidupnya dia mencari tambahan pemasukan lain dari berkebun. Rumah yang ditempatinya saat ini, juga hasil dari gaji mengajar yang ditabung sedikit demi sedikit.
Apipudin menuturkan tak pernah mengikuti seleksi CPNS atau PPPK. Alasannya, peserta rekrutmen ASN ini umumnya memiliki gelar sarjana, sedangkan dirinya hanya lulusan sekolah setara SMA.
Dia bercerita, anak-anak yang pernah menjadi muridnya dulu kini berkarier di berbagai bidang, mulai dari guru hingga pengusaha.
@andri