VISI.NEWS | BANDUNG – Malam Isra Miraj adalah malam yang sangat istimewa bagi umat Islam. Malam ini adalah malam ketika Nabi Muhammad SAW diangkat ke langit dan bertemu dengan Allah SWT. Malam ini juga adalah malam ketika shalat lima waktu diwajibkan bagi umat Islam.
Ada banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil dari peristiwa Isra Miraj. Salah satunya adalah kisah seorang pria yang mendapat keberkahan di malam Isra Miraj.
Pria itu bernama Ahmad. Ia adalah seorang pedagang yang hidup sederhana dan taat beribadah. Ia selalu salat lima waktu, berpuasa, bersedekah, dan berbuat baik kepada sesama. Ia juga rajin membaca Al-Quran dan mengikuti majelis ilmu.
Suatu hari, ia mendengar bahwa malam Isra Miraj akan datang. Ia pun bersemangat untuk mengisi malam itu dengan ibadah dan doa. Ia berharap agar Allah SWT memberinya keberkahan dan kemudahan dalam hidupnya.
Ia pun mempersiapkan dirinya dengan mandi, berwudhu, dan mengenakan pakaian yang bersih. Ia juga membersihkan rumahnya dan menyiapkan makanan untuk berbuka puasa. Ia ingin menjamu tamu-tamu yang mungkin datang ke rumahnya di malam itu.
Setelah berbuka puasa, ia berangkat ke masjid untuk melaksanakan salat maghrib, dan isya. Ia juga mengikuti kajian yang disampaikan oleh ustadz tentang keutamaan malam Isra Miraj. Ia merasa hatinya tenang dan bahagia.
Setelah selesai kajian, ia kembali ke rumahnya. Ia melihat ada seorang tamu yang menunggunya di depan pintu. Tamu itu adalah seorang pria tua yang berpakaian sederhana dan berjenggot putih. Ia membawa sebuah tas yang terlihat berat.
Ahmad pun menyambut tamu itu dengan ramah. Ia mengajaknya masuk ke rumahnya dan menawarinya makanan dan minuman. Tamu itu mengucapkan terima kasih dan memuji keramahan Ahmad.
“Siapa namamu, wahai tamu yang mulia?” tanya Ahmad.
“Namaku adalah Abdul Aziz. Aku adalah seorang musafir yang sedang dalam perjalanan. Aku lelah dan haus, maka aku mencari tempat untuk beristirahat. Aku melihat rumahmu terlihat bersih dan terang, maka aku memutuskan untuk mengetuk pintunya. Semoga aku tidak merepotkanmu,” jawab tamu itu.
“Tidak sama sekali. Aku senang bisa menjamu tamu di malam yang berkah ini. Apa tujuan perjalananmu, wahai Abdul Aziz?” tanya Ahmad.
“Aku sedang menuju ke kota Makkah. Aku ingin menunaikan ibadah haji. Aku sudah menabung selama bertahun-tahun untuk mewujudkan cita-citaku itu. Aku berangkat dari kampung halamanku di Jawa dengan menumpang kapal. Aku membawa tas ini yang berisi uang, paspor, dan perlengkapan haji. Aku berharap agar Allah SWT menerima hajiku,” cerita Abdul Aziz.
“Subhanallah. Aku kagum dengan semangatmu, wahai Abdul Aziz. Aku juga bercita-cita untuk menunaikan haji, tapi aku belum memiliki cukup uang. Aku hanya seorang pedagang kecil yang hidup pas-pasan. Aku berdoa agar Allah SWT memberiku rezeki yang halal dan berkah,” ujar Ahmad.
“Jangan khawatir, wahai Ahmad. Allah SWT Maha Pemberi Rezeki. Aku yakin suatu hari nanti kamu akan bisa menunaikan haji. Aku akan mendoakanmu agar Allah SWT mempermudah jalannya. Aku juga akan mendoakanmu agar Allah SWT memberimu keberkahan di malam Isra Miraj ini,” kata Abdul Aziz.
“Terima kasih, wahai Abdul Aziz. Aku juga akan mendoakanmu agar Allah SWT melindungimu dalam perjalananmu. Aku juga akan mendoakanmu agar Allah SWT mengabulkan hajimu. Aku juga akan mendoakanmu agar Allah SWT memberimu keberkahan di malam Isra Miraj ini,” balas Ahmad.
Keduanya pun saling berdoa dan bercerita. Mereka merasa akrab dan bersaudara. Mereka juga saling mengingatkan untuk beribadah dan bertakwa. Mereka merasakan kedamaian dan kebahagiaan di hati mereka.
Tak terasa, waktu telah menunjukkan pukul 12 malam. Ahmad pun mengajak Abdul Aziz untuk melaksanakan salat tahajud. Abdul Aziz pun menyetujui. Mereka pun berwudhu dan bersiap untuk salat.
Namun, sebelum mereka salat, Ahmad mendengar ada suara ketukan di pintunya. Ia pun membuka pintu dan terkejut melihat ada seorang polisi yang berdiri di depannya. Polisi itu membawa sebuah foto dan sebuah surat.
“Selamat malam, pak. Maaf mengganggu. Apakah Anda Ahmad, pemilik rumah ini?” tanya polisi itu.
“Ya, saya Ahmad. Ada apa, pak?” jawab Ahmad.
“Apakah Anda mengenal orang ini?” tanya polisi itu sambil menunjukkan foto seorang pria tua yang berpakaian sederhana dan berjenggot putih.
“Ya, itu adalah tamu saya. Namanya Abdul Aziz. Dia sedang di dalam. Kenapa, pak?” jawab Ahmad.
“Maaf, pak. Saya harus memberitahu Anda bahwa tamu Anda itu adalah seorang penipu. Dia bukan seorang musafir yang ingin menunaikan haji. Dia adalah seorang buronan yang dicari oleh polisi. Dia telah menipu banyak orang dengan modus yang sama. Dia mengaku sebagai seorang musafir yang membawa uang, paspor, dan perlengkapan haji. Dia kemudian menginap di rumah orang yang baik hati dan ramah. Di tengah malam, dia akan kabur dengan membawa semua barang berharga yang ada di rumah itu. Kami telah mengikuti jejaknya dan menemukan alamat rumah Anda. Kami datang untuk menangkapnya. Ini adalah surat perintah penangkapannya,” jelas polisi itu sambil menyerahkan surat itu kepada Ahmad.
Ahmad pun terkejut dan tidak percaya. Ia tidak menyangka bahwa tamu yang ia anggap sebagai saudara seiman itu ternyata adalah seorang penipu. Ia merasa sedih dan marah.
“Tapi, pak. Dia masih di dalam. Dia sedang bersiap untuk salat tahajud. Dia juga berdoa untuk saya agar saya bisa menunaikan haji. Dia juga berdoa untuk saya agar saya mendapat keberkahan di malam Isra Miraj. Apakah itu semua bohong?” tanya Ahmad.
“Ya, pak. Itu semua bohong. Dia hanya berpura-pura untuk mendapatkan simpati dan kepercayaan Anda. Dia tidak pernah salat, berpuasa, atau bersedekah. Dia hanya membaca Al-Quran untuk menipu orang. Dia tidak peduli dengan malam Isra Miraj. Dia hanya ingin mencuri barang-barang Anda. Kami harus segera menangkapnya sebelum dia kabur. Bolehkah kami masuk, pak?” tanya polisi itu.
“Baiklah, pak. Silakan masuk. Tapi, tolong jangan kasar. Saya masih menghormati dia sebagai tamu saya,” kata Ahmad.
Polisi itu pun masuk ke rumah Ahmad. Ia menuju ke kamar tamu di mana Abdul Aziz berada. Ia membuka pintu dan terkejut melihat apa yang ada di dalam.
Di dalam kamar, Abdul Aziz tergeletak di lantai dengan wajah pucat dan mulut berbusa. Di sebelahnya, ada tas yang terbuka dan berisi uang, paspor, dan perlengkapan haji. Di atas meja, ada sebuah botol yang berisi racun.
Polisi itu pun memeriksa nadi Abdul Aziz dan mendapati bahwa dia sudah meninggal. Ia pun menghubungi rekannya untuk melaporkan kejadian itu.
@mpa