VISI.NEWS | BANDUNG – Tokoh Sunda, Popong Otje Djundjunan mengomentari atas ramainya Sunda menjadi pembahasan dalam beberapa hari terakhir ini, politisi senior Partai Golkar ini menegaskan, sesama budaya harus saling menghargai.
Di era globalisasi seperti saat ini, diperlukan kejujuran untuk melihat berbagai sudut pandang dari suatu bangsa lain, artinya harus jujur melihat apa lebihnya dari bangsa lain.
“Saat ini kita memuji sudah bukan waktunya lagi, ayeuna globalisasi. Maksud saya tina globalisasi ini harus jujur melihat apa lebihnya dari bangsa lain,” katanya.
Ditemui di Tahura Dago, Selasa (25/1/22), Sesepuh Angkatan Muda Siliwangi (AMS) ini mengungkapkan, jika terdapat hal baik dari bangsa lain, maka harus diterapkan, namun dalam turunan karuhun Sunda, ia mengaku sulit membaca warga Sunda saat ini.
“Yang dimaksud adalah mengambil hal baik dari bangsa lain, apa yang baik dari mereka terapkan di kita, apa yang bagusnya dari kita kita juga terapkan di mereka, jangan ambil budaya pusar kemana mana,” ungkapnya.
Jadi indung bapa Sunda, lanjut Ceu Popong, Insha Allah Sunda akan baik, kedua bahwa apa yang bagus ambil, jangan ada sakit hati tidak suka, apa itu yang harus kita contoh, yakni kerja keras.
“Berpendapat itu harus baik, yang bagus dari orang lain kita ambil, saya juga tetangga banyakan orang Cina kita harus belajar dari Cina, tidak memble, apa yang baik dari mereka kita ambil, terapkan,” ujarnya.
Terakhir, Ceu Popong menegaskan, keberadaannya saat ini bukan merupakan keterwakilan dari partai, akan tetapi wakil dari rakyat.
“Saya cape hati, terus gimana dong, kumaha supaya Sunda bagus, jadi apapun itu urusan Gusti Allah SWT yang mengatur,” ucapnya, seraya menambahkan, “Jadi, raja kudu Alus, hanya itu ayo hidup ini tidak susah, kita harus tahu bakat kita, jangan kata kemauan, kenali dulu bakat kita apa, setelah tahu baru kita bersikap, hidup Sunda,” pungkasnya.@eko