Search
Close this search box.

Columbia University Hadapi Tekanan Usai Pemecatan Mahasiswa Pro-Palestina

Columbia University, New York, AS./visi.news/wikipedia.

Bagikan :

VISI.NEWS | AMERIKA SERIKAT – Columbia University menjatuhkan berbagai sanksi kepada mahasiswa dan alumni yang terlibat dalam aksi protes pro-Palestina di kampus. Keputusan ini menuai kritik, terutama setelah pemerintah Presiden Donald Trump membatalkan hibah federal sebesar 400 juta dolar AS dengan alasan Columbia dinilai gagal menangani antisemitisme.

Presiden sementara Columbia, Katrina Armstrong, mengakui kekhawatiran pemerintah AS dan menyatakan bahwa pihak universitas sedang bekerja sama untuk mengatasi masalah tersebut. Aksi protes di kampus telah memicu ketegangan, termasuk tuduhan antisemitisme, Islamofobia, dan rasisme.

Dalam pernyataan resminya, Columbia menyebutkan bahwa dewan peradilan universitas telah menjatuhkan hukuman mulai dari skorsing beberapa tahun, pencabutan gelar, hingga pengusiran kepada mahasiswa yang terlibat dalam pendudukan Hamilton Hall pada musim semi lalu. Meskipun begitu, universitas tidak mengungkapkan identitas maupun jumlah mahasiswa yang terkena sanksi.

Serikat pekerja mahasiswa Columbia, UAW Lokal 2710, mengecam keputusan universitas tersebut. Mereka menyoroti kasus Grant Miner, seorang pemimpin serikat yang dipecat tepat sebelum negosiasi kontrak dengan universitas dimulai. Serikat pekerja menilai langkah ini sebagai bentuk pembatasan hak kebebasan berbicara.

“Kita harus bersatu untuk memberi tahu Trump dan kawan-kawan miliardernya bahwa kita tidak akan membiarkan intimidasi dan kemunduran hak-hak sipil di negara ini,” katanya.

Columbia menjadi pusat gerakan protes anti-Israel di kampus-kampus AS sejak konflik Israel-Palestina semakin memanas pasca serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Demonstran menuntut agar dana abadi universitas tidak lagi diinvestasikan dalam kepentingan Israel serta mendesak AS menghentikan bantuan militernya ke negara tersebut.

Grant Miner mengecam tindakan Columbia yang dianggapnya tunduk pada tekanan Trump demi mempertahankan dana hibah. Ia menegaskan bahwa universitas seharusnya melindungi kebebasan berekspresi mahasiswa, bukan mengorbankan mereka demi kepentingan finansial.

Baca Juga :  Dari Tohir ke Hodak: Dua Pelatih, Satu Tradisi Juara Beruntun

“Saya tidak terkejut bahwa universitas memilih untuk mengorbankan mahasiswa dan pekerjanya demi uang hibah. Kita tahu persis berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli moralitas Columbia,” ujar Miner. @ffr

Baca Berita Menarik Lainnya :