Dahulukan Prestasi Bukan Prestise

Silahkan bagikan

Oleh Idat Mustari

PRESTASI dan prestise, dua kata yang sangat mirip jika diucapkan, tetapi dua makna yang berbeda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya. Sedangkan prestise adalah. wibawa (perbawa), kebanggan yang berkenaan dengan prestasi atau kemampuan seseorang.

Prestasi dan prestise adalah dua hal yang mungkin selalu hadir Bersama. Prestasi selalu terkait dengan prestise. Jadi tidak heran jika setiap orang berlomba-lomba untuk mencapai prestasi tertentu agar dapat prestise. Tetapi jika pencapaian prestasi hanya bertujuan semata-mata untuk prestise , ada kecendrungan cara yang dipilih bukanlah cara yang baik, cara instan, menghalalkan segala cara. Yang berprestasi pasti dapat prestise. Namun yang berprestise belum tentu berprestasi.

Kalau ada siswa/mahasiswa demi memperoleh nilai ujian bagus dengan cara mencontek, membeli soal ujian, maka siswa/mahasiswa tersebut sedang mengejar prestise bukan prestasi.

Kalau ada caleg bisa terpilih tanpa harus cape-cape terjun ke masyarakat cukup membayar oknum pemegang otoritas pengelola rekapitulasi perhitungan suara “menjaga” perhitungan suara di simpul-simpul perhitungan suara, maka caleg itu sedang mengejar prestise bukan prestasi.

Kalau ada daerah kota/kabupaten demi memperoleh penghargan Adipura sebagai kota/kabupaten yang bersih dan indah tetapi dengan cara manipulasi hanya demi pencitraan, maka daerah tersebut sedang mengejar prestise bukan prestasi.

Kalau ada bupati/walikota yang menyuap Auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) supaya mendapatkan predikat audit Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk laporan keuangan Pemerintah yang dipimpinnya kemudian tertangkap KPK atau belum tertangkap maka Bupati/Walikota itu sedang mendahukan prestise ketimbang prestasi.

Kalau ada daerah kabupaten/kota yang hanya mengejar emas dalam kompetisi Porprov (pekan olahraga propinsi) dengan cara membeli atlet dari luar dan sudah jadi, bukan pula hasil pembinaan asli daerahnya, maka daerah tersebut sedang mengejar prestise bukan prestasi

Baca Juga :  Sidak Balai RW, Walkot Eri Cahyadi Bahas Stunting dan Pembangunan Gedung Serbaguna

Begitupun kalau ada seseorang yang pergi ke sebuah resepsi, kemudian pergi membawa perempuan cantik dikenalkan ke para tamu undangan lainnya sebagai istrinya padahal bukan istrinya melainkan perempuan sewaan dan istrinya dibiarkan di rumah karena merasa tidak “PD” (percaya diri) dibawa ke resepsi berarti orang itu sedang mengejar prestise. Dan tentu saya tidak berharap orang itu adalah anda, hehehe.

  • Penulis, Pemerhati Sosial, Kebangsaan dan Advokat.

M Purnama Alam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Next Post

Pameran Tunggal Adikara: “Mengakar” Orbital Dago, 22 Nov – 11 Des 2022

Ming Nov 20 , 2022
Silahkan bagikanVISI.NEWS | DAGO – Galeri seni kontemporer Orbital Dago segera menghadirkan pameran terbarunya yang bertajuk “Mengakar” pada tanggal 22 November 2022 mendatang, yaitu sebuah pameran tunggal oleh Adikara. Pameran ini menjadi pameran tunggalnya yang kelima setelah sebelumnya sempat menyelenggarakan pameran tunggal di tahun 2021 dan 2022. Tidak ingin mengulang […]