VISI.NEWS | SOREANG – Bupati Bandung H.M. Dadang Supriatna, bergerak cepat dalam menghadapi dampak fenomena El Nino yang berpotensi membuat sejumlah lahan pertanian di Kabupaten Bandung mengalami kekeringan.
Upaya ini mencakup langkah-langkah antisipasi yang luas, termasuk potensi gagal panen, kebakaran, dan bencana alam yang disebabkan fenomena ini.
Pentingnya menjaga ketahanan pangan juga menjadi perhatian utama Bupati Bandung tersebut. Untuk itu, Dadang telah memerintahkan Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Bandung untuk mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi hal ini.
“Masalah kerawanan pangan dan potensi gagal panen di sektor pertanian juga perlu kita perhatikan. Oleh sebab itu, saya minta Distan segera melakukan upaya-upaya yang diperlukan untuk mengantisipasi dampak El Nino ini,” jelas bupati, Rabu (6/9/2023) di Soreang.
Sebelumnya, Kang DS juga telah menginstruksikan OPD terkait agar menyediakan layanan air bersih serta bantuan pompa air di lahan-lahan rawan dan permukiman. Langkah ini diharapkan dapat membantu masyarakat yang terdampak kelangkaan air bersih yang disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak mendukung.
Sementara itu, Kepala Distan Kabupaten Bandung Ningning Hendasah memaparkan bahwa, fenomena El Nino terjadi akibat adanya pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal.
Hal ini kata dia, berakibat pada kurangnya curah hujan di wilayah Indonesia secara keseluruhan sehingga terjadi peningkatan risiko kekeringan, terganggunya stok air bersih dan layanan irigasi pertanian, hingga ancaman gagal panen akibat kekeringan.
Ningning juga menyebutkan bahwa, lahan yang rawan kemungkinan terjadi kekeringan adalah lahan sawah yang ditanami padi satu kali atau dua kali dalam setahun. Berdasarkan SP Lahan BPS tahun 2022, jumlah lahan rawan tersebut seluas 23.712 hektar (Ha) atau 76% dari total luas penggunaan lahan sawah yang ada di Kabupaten Bandung.
Namun, berkat instruksi dan gerak cepat Bupati Bandung jumlah tersebut bisa dikurangi.
“Setelah dihitung, potensi dampak El Nino pada lahan pertanian di Kabupaten Bandung sendiri diperkirakan mencapai 2.162 Ha. Kami juga telah mengambil berbagai langkah strategis, seperti optimalisasi alat dan mesin pertanian, percepatan tanam padi, pengembangan budidaya padi organik, gerakan tanam padi dan jagung, serta pengajuan bantuan alat pertanian ke Kementerian Pertanian,” kata Ningning, dalam keterangannya.
Pihaknya juga terus melakukan pemantauan di area rawan kekeringan serta menggencarkan sosialisasi tentang penanganan dampak El Nino melalui media sosial ataupun melalui program musyawarah bupati bersama masyarakat tani (Mupakat).
Selama lima tahun terakhir, luas panen padi dan produksi padi di Kabupaten Bandung terus mengalami penurunan, yakni berkisar antara 0,5% hingga 5,8%.
“Meskipun begitu, produktivitas padi mengalami peningkatan sebesar 0,01% hingga 0,60%,” pungkasnya. @gvr