Search
Close this search box.

Dedi Mulyadi Apresiasi Kritikan Aura Cinta, Tapi Ingatkan untuk Objektif

Perdebatan Aura dan Dedi Mulyadi perihal larangan wisuda./visi.news/Tangkapan layar akun Youtube @KANGDEDIMULYADICHANNEL.

Bagikan :

VISI.NEWS | BANDUNG – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, memuji Aura Cinta yang berani menyampaikan kritik soal larangan perpisahan.

Namun, Dedi mengingatkan agar Aura lebih objektif dalam menyampaikan kritiknya.

Dedi menjelaskan alasan Aura mendapat respons negatif oleh netizen di media sosial karena Pemprov Jabar mencoba membantu orangtua murid agar biaya yang dikeluarkan berkurang dengan melarang study tour dan wisuda sekolah.

Namun, Aura malah meminta agar perpisahan sekolah tetap digelar.

“Terima kasih sudah kritik saya. Kenapa kritik di-bully, karena orang lagi susah-susah cari duit, gak mampu bayar wisuda, perpisahan, ini teriak-teriak pengen wisuda,” ujar Dedi dikutip dari diunggah akun Youtubenya, Senin (28/4/2025).

Dedi kemudian bertanya ke Aura, universitas mana yang ingin dia tuju untuk melanjutkan pendidikannya.

“Universitas Indonesia, Pak, filsafat” jawab Aura.

“Baguslah orang filsafat kan pinter pinter, lebih pinter dari saya,” ujar Dedi tersenyum.

Usai berdialog, ibu Aura yang juga hadir, meminta maaf karena ucapan Aura.

“Pak, saya minta maaf, (umur segitu) masih ngomongnya kadang…,” ujar ibu Aura.

“Enggak apa-apa, kan kritis,” ujar Dedi.

Dedi pun meyakinkan orangtua Aura, meski mereka tadi berdebat, Bank BJB melalui Pemprov Jabar akan tetap memberikan bantuan uang Rp 10 juta agar Aura dan keluarganya bisa mencari kontrakan usai rumah mereka dirobohkan karena berdiri di lahan milik pemerintah di atas bantaran sungai.

Sebelumnya diberitakan, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi terlibat perdebatan dengan seorang remaja wanita lulusan SMA asal Bekasi, Jabar, bernama Aura Cinta dalam sebuah pertemuan.

Aura hadir bersama ibunya dan sejumlah warga lain, yang merupakan korban penggusuran rumah di bantaran Sungai Bekasi.

Dalam dialog itu, Aura mempersoalkan kebijakan pelarangan acara perpisahan sekolah yang diterapkan oleh pemerintah daerah.

Baca Juga :  Andi Iwan Darmawan Aras: Panja Jalan Tol Akan Evaluasi Keselamatan dan Kualitas Tol

“Kalau tanpa perpisahan, emang kehilangan kenangan? Kenangan bukan pada saat perpisahan, tapi kenangan indah itu saat proses belajar selama tiga tahun,” ujar Dedi.

“Enggak juga sih, Pak. saya ngerasa udah lulus. Kalau gak ada perpisahan, kita tuh gak bisa ngumpul bareng atau ngerasin interaktif sama teman gitu,” ujar Aura.

Aura menilai wisuda atau acara perpisahan tetap penting sebagai bentuk kenangan bersama teman-teman, meski dengan biaya yang minimal.

Namun Dedi menegaskan kebijakan melarang perpisahan dan study tour diberlakukan untuk meringankan beban orangtua siswa.

Dedi menyebutkan bahwa wisuda seharusnya hanya dilakukan di tingkat perguruan tinggi, bukan di TK, SMP, atau SMA.

“Rumahnya di bantaran kali, tapi sekolah mau gaya-gayaan ada wisuda. Rumah aja nggak punya,” katanya. @desi

Baca Berita Menarik Lainnya :