Search
Close this search box.

DeepSeek Terus Menjadi Sorotan dengan Kebijakan Sensornya yang Kontroversial

Ilustrasi deepseek./visi.news/youtube @aid.

Bagikan :

VISI.NEWS | BANDUNG – Chatbot kecerdasan buatan asal China, DeepSeek, baru-baru ini mencuri perhatian dunia karena dampaknya terhadap industri AI global. Teknologi ini, yang menjadi pesaing bagi platform besar seperti ChatGPT OpenAI dan Gemini, mengubah peta persaingan AI dan mengakibatkan kerugian besar bagi Nvidia hingga mencapai US$600 miliar. DeepSeek kini telah menjadi aplikasi AI gratis yang paling banyak diunduh di Apple Store Amerika Serikat.

Namun, meskipun popularitasnya melonjak, DeepSeek kini menghadapi tantangan terkait responsnya terhadap topik-topik sensitif. Salah satunya adalah penghindaran pembahasan terkait peristiwa Pembantaian Tiananmen pada 1989, sebuah tragedi besar di China yang selama bertahun-tahun telah dibungkam oleh pemerintah China. Ketika ditanya soal peristiwa tersebut, DeepSeek menolak memberikan jawaban atau memberikan respons yang diubah secara otomatis untuk menghindari diskusi lebih lanjut.

Ketika pertanyaan yang sama diajukan dalam bahasa Mandarin, DeepSeek segera meminta maaf dan mengalihkan topik pembicaraan. Hal ini berbeda dengan chatbot lain seperti ChatGPT dan Meta AI yang memberikan jawaban terbuka mengenai kejadian tersebut.

Menurut Isaac Stone Fish yang merupakan pendiri firma intelijen bisnis Strategy Risks, penghindaran topik ini mencerminkan bagaimana perusahaan-perusahaan teknologi yang berbasis di China, seperti DeepSeek, dibatasi oleh kebijakan pemerintah China yang ketat dalam mengontrol informasi. Penggunaan data yang berfokus pada China dan sensor topik-topik tertentu mengarah pada pertanyaan tentang kebebasan berbicara dan pembentukan opini global.

“Ini akan sangat berbahaya bagi kebebasan berbicara dan pemikiran bebas secara global, karena hal ini akan mematikan kemampuan untuk berpikir secara terbuka, kreatif, dan, dalam banyak kasus, dengan benar tentang salah satu entitas terpenting di dunia, yaitu Tiongkok,” kata Fish.

Baca Juga :  31 Operator Motor Baca Diberikan Bimbingan Teknis untuk Tingkatkan Kualitas Pelayanan di Kabupaten Bandung

Sebuah audit yang dilakukan oleh NewsGuard mengungkapkan bahwa versi lebih lama dari DeepSeek gagal memberikan informasi yang akurat tentang berita dan topik informasi sebanyak 83 persen, meskipun kualitas versi yang lebih baru belum sepenuhnya diketahui. Penggunaan AI di China dinilai akan semakin memperkuat kontrol pemerintah atas narasi yang dapat dibahas di platform global.

Menurut beberapa analis, fenomena ini berisiko membatasi kebebasan berpikir dan mendiskusikan masalah-masalah penting secara terbuka, khususnya terkait dengan China. Hal ini juga memperlihatkan bagaimana AI yang dikembangkan di China dapat memengaruhi persepsi global terhadap negara tersebut. @ffr

Baca Berita Menarik Lainnya :