VISI.NEWS | KUNINGAN – Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, memiliki memiliki potensi ekonomi yang sangat besar dengan sekitar 128.000 unit UMKM yang tersebar di area seluas 1.194 km2. Dengan jumlah penduduk sekitar 1,2 juta jiwa, wilayah ini memiliki potensi besar dengan kekayaan alam dan kearifan lokal.
“Kabupaten Kuningan merupakan salah satu daerah yang cukup tua di negeri ini yang memiliki banyak kearifan lokal, pusaka bangsa yang perlu dipelajari kaum muda,” ujar Prof Djisman S. Simandjuntak, Rektor Universitas Prasetiya Mulya, saat menghadiri ajang Saung Rahayat 2023 di Kuningan, Jawa Barat.
Ia pun mendorong para mahasiswa di kampusnya untuk terjun langsung demi merasakan tantangan dan berbagi solusi kepada para pelaku usaha di Kota Kuda yang mulai bangkit setelah dibekap pandemi. “UMKM adalah panggilan pertama universitas. Tanpa UMKM, suatu negara akan rapuh,” tutur Djisman.
H. Acep Purnama, Bupati Kuningan, merasa bersyukur para mahasiswa dapat merasakan denyut nadi perekonomian di Kuningan. “Saya berharap pelaku UMKM di Kabupaten Kuningan bisa menjadi pelaku usaha yang tangguh menghadapi situasi apapun. Dan dukungan Universitas Prasetiya Mulya semoga terus berkesinambungan, karena ini merupakan ekonomi yang dibangun atas asas kebersamaan dan kerakyatan, untuk kemandirian,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Dikalahkan Cuaca
“Alhamdulillah sekarang pencatatan penjualan lebih rapi,” tutur Dedi Supriyadi, salah satu pengurus kelompok kopi liberica Sirung Tanjung, Desa Cipasung, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan.
Kopi liberica merupakan kopi khas Kabupaten Kuningan. Kelompok kopi Sirung Tanjung memiliki tiga kelompok, yaitu petani, pengolah dan penjual. Dedi berada dalam kelompok penjual yang menawarkan kopi yang telah diolah menjadi minuman kepada konsumen.
Masalah klasik yang mereka hadapi adalah manajemen penjualan. Menurut Dedi, selama ini pengeluaran dan pemasukan selalu berbeda, sehingga mereka tidak tahu seberapa besar keuntungan yang sebenarnya telah didapatkan.
Kondisi berubah setelah hampir satu bulan mereka mendapatkan pendampingan dari mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya. Setelah memetakan masalah, mereka akhirnya dibekali sebuah tablet yang mencatat langsung pemesanan dari pembeli. Pencatatan itu pun tidak akan hilang dan bisa langsung memperlihatkan total pelanggan yang membeli hari per hari.
Tidak hanya Dedi, Inin, pengusaha rengginang merek Ceu Mimin pun sumringah dengan kedatangan mahasiswa yang mendampingi mereka menjual produknya. “Tentu senang. Nanti produksi tidak terganggu walaupun tidak ada panas,” tutur Iin, yang merupakan adik dari pengusaha rengginang Ceu Mimin yang berada di Desa Haurkuning, Kecamatan Nusaherang, Kabupaten Kuningan.
Adiya Maharani, perwakilan kelompok yang mendampingi rengginang Ceu Mimin mengungkapkan bahwa sebelumnya mereka telah mempelajari dan melakukan pemetaan kendala. “Untuk pemasaran mereka sudah bagus. Sudah ada di online, sudah menitipkan ke toko oleh-oleh dan lainnya,” tutur Adiya.
Namun produksi pengolahan rengginang Ceu Mimin sangat tergantung alam. Kalau Matahari tidak bersinar terik seperti di musim penghujan saat ini, produksi rengginang dipastikan terganggu bahkan bisa juga tidak berproduksi. “Kami pun membuatkan mesin oven. Sehingga produksi rengginang tidak terganggu,” tutur Adiya.
Tidak hanya kelompok Adiya, kelompok yang digawangi Vincent pun memberikan pendampingan hingga solusi agar UMKM yang mereka dampingi bisa meningkatkan produksi dan meluaskan penjualan. Mendampingi UMKM pebisnis kopi, Vincent dan teman-temannya berupaya meningkatkan produksi penjualan kopi ibu Yeyet, pemilik kopi She’ Edun.
Setelah dua tahun, biji kopi yang digunakan Yeyet untuk menjadi kopi hanya 30 kilogram. Akhirnya Vincent dan kawan-kawan memperbaiki packaging dan logo kopi. Mereka pun membantu memasarkan kopi original dan kopi jahe dengan pemasaran digital agar jangkauan pemasaran bisa lebih luas lagi.
Tinggal Selama Satu Bulan
Dekan School of Business and Economics Universitas Prasetiya Mulya, Fathony Rahman, DBA, menjelaskan, program yang setara dengan 4 SKS ini mengemban amanah yayasan untuk mengembangkan usaha kecil menengah di Indonesia. “Kegiatan ini merupakan bagian dari program pembelajaran di kampus. Salah satunya mengusung collaborative learning by enterprising. Jadi mereka berkelompok lalu membantu usaha,” tutur Fathony.
Setiap kelompok terdiri atas delapan mahasiswa dari berbagai jurusan. Mereka bahkan sudah melakukan pengenalan dan pemetaan sejak awal semester terhadap pelaku usaha yang didampingi. Setelah itu, selama hampir satu bulan mereka tinggal bersama pelaku usaha untuk menerapkan ide.
Setelah mendampingi mereka, pada akhir pekan kemarin (26/02/2023) seluruh mahasiswa dan pelaku UMKM yang mereka dampingi berkumpul dalam kegiatan Saung Rahayat 2023, merupakan puncak acara dari rangkaian program Community Development.
Tidak hanya memamerkan produk UMKM, ajang ini juga menghadirkan kegiatan budaya, pariwisata hingga pemberdayaan masyarakat. Mengambil tema Rindu atau Rahayu Sang Windu, kegiatan ini menyediakan perayaan bersama untuk warga Kabupaten Kuningan dan para mitra program Community Development. Mahasiswa yang melakukan pendampingan bahkan tak segan-segan untuk menjajakan produk yang mereka dampingi kepada pengunjung yang hadir.@nia