VISI.NEWS | BANDUNG – Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung bersama Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung menggelar sosialisasi pencegahan dan penanggulangan penyebaran faham Intoleransi, Radikalisme, Ekstremisme, dan Terorisme (IRET) di satuan pendidikan. Kegiatan yang berlangsung di Aula SMA BPI, Jalan Burangrang, Kota Bandung pada Kamis (27/11/2025) ini dihadiri oleh kepala sekolah dari berbagai jenjang pendidikan, dengan menghadirkan narasumber dari Densus 88 Antiteror Mabes Polri sebagai bagian dari kolaborasi strategis untuk memperkuat ketahanan ideologi sejak tingkat sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung, Asep Saeful Gufron, dalam sambutannya menyampaikan bahwa perkembangan teknologi digital dan media sosial saat ini memberikan tantangan baru bagi dunia pendidikan. “Penyebaran paham intoleransi, radikalisme, ekstremisme, dan terorisme kini semakin halus, masif, dan menyasar kelompok anak dan remaja. Melalui kegiatan ini, kami berharap kepala sekolah memiliki pemahaman komprehensif mengenai pola penyebarannya, indikator awal yang harus diwaspadai, serta langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan di lingkungan sekolah,” ujarnya.
Asep menegaskan bahwa kepala sekolah memiliki peran strategis dalam mengomunikasikan pemahaman ini kepada guru dan peserta didik. “Kami berharap seluruh kepala sekolah lebih siap, lebih waspada, dan mampu memperkuat peran sekolah sebagai benteng persatuan, toleransi, dan keberagaman,” tambahnya. Ia juga menekankan pentingnya penguatan nilai kebangsaan dan literasi digital dalam upaya mencegah penyebaran paham-paham radikal di kalangan generasi muda.
Materi kegiatan sosialisasi ini difokuskan pada deteksi dini terhadap potensi penyebaran paham radikalisme, serta penguatan budaya sekolah yang toleran, aman, dan inklusif. Asep berharap, dengan adanya materi ini, para kepala sekolah dapat memperkuat nilai kebangsaan dalam pembelajaran dan menerapkan kebijakan yang mendukung terciptanya lingkungan pendidikan yang aman dari pengaruh ideologi yang merusak.
Iptu Yaman, perwakilan dari Densus 88, memaparkan dinamika penyebaran paham radikalisme yang kini semakin cepat akibat perkembangan dunia digital. “Saat ini banyak kasus anak yang terpapar konten radikalisme yang mengarah pada terorisme. Pergerakan paham ini tidak berhenti, jika dulu lambat, kini dengan era digital penyebarannya jauh lebih masif karena adanya platform digital,” ungkapnya.
Dalam paparan tersebut, Yaman menjelaskan bahwa penyebaran paham radikal kini lebih sulit dideteksi karena peran media sosial yang semakin besar. Oleh karena itu, ia menekankan perlunya deteksi dini dan kerja sama antara sekolah, orang tua, dan pihak berwenang untuk mengidentifikasi tanda-tanda adanya radikalisasi di kalangan pelajar.
Kolaborasi antara Pemkot Bandung dan Densus 88 ini bertujuan untuk memastikan setiap peserta didik terlindungi dari paparan paham yang dapat merusak nilai kebangsaan dan keberagaman. “Kami ingin memastikan bahwa sekolah menjadi tempat yang aman, tempat yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga nilai-nilai yang menguatkan rasa persatuan dan toleransi di tengah keberagaman,” ujar Asep.
Sosialisasi ini juga menjadi pengingat pentingnya peran pendidikan dalam menjaga generasi muda dari ancaman ideologi yang merusak. “Pendidikan adalah kunci utama dalam membangun lingkungan belajar yang aman, toleran, dan inklusif. Kami berharap, dengan adanya kegiatan ini, sekolah dapat menjadi garda terdepan dalam melindungi generasi muda dari radikalisasi,” tutup Asep.
Kegiatan ini mendapat apresiasi dari banyak pihak karena dianggap sebagai langkah konkret dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih aman dan berorientasi pada penguatan kebangsaan. Sosialisasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran seluruh pihak, baik sekolah, orang tua, maupun masyarakat, untuk berperan aktif dalam menangkal paham radikal di kalangan pelajar.
@uli












