VISI.NEWS – Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo mengoperasikan bus yang selama ini digunakan untuk layanan Iva Test, difungsikan khusus untuk layanan vaksinasi keliling untuk “jemput bola” dalam kegiatan “Mobile Vaksinasi”.
Pengoperasian bus yang disulap dari wahana untuk diagnosis kanker serviks menjadi fasilitas layanan vaksinasi tersebut, untuk mendukung kegiatan “Kebut Vaksinasi” yang digulirkan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan kegiatan masyarakat.
Kepala DKK Solo, dokter Siti Wahyuningsih, menjelaskan kepada wartawan, Rabu (16/6/2021), pihaknya memanfaatkan bus layanan IVA Test untuk layanan vaksinasi bertujuan menjangkau kawasan pinggiran yang angka partisipasi vaksinasinya masih rendah.
“Dalam kegiatan Kebut Vaksinasi masih ada titik-titik di kawasan pinggiran yang capaian vaksinasinya rendah. Kami berinovasi Jemput Bola menggunakan mobil IVA Test untuk mendekat ke masyarakat. Tampak layanan sejak tanggal 15 Juni 2021 kemarin masyarakat antusias ikut vaksinasi di mobil keliling,” ujarnya.
Menurut Kepala DKK Solo itu, sebenarnya di Kota Solo dengan luas 44,5 kilometer persegi, terdapat fasilitas kesehatan terdiri dari 17 puskesmas, 3 poliklinik dan 19 rumah sakit yang pada umumnya dekat dengan permukiman warga.
Di bus layanan vaksinasi bergerak yang akan dioperasikan sampai 30 Juni 2021, dengan jadwal layanan di 8 lokasi, masing-masing di Ngarsopuro, Srambatan, Sekip, Jl. Juanda, Jl. Veteran, Jl. Brigjen Katamso, Graha Saba Buwana dan Lumbung Batik Sondakan, selain melayani warga setempat juga melayani warga lain ber-KTP Kota Solo secara go show.
“Setiap hari di mobil layanan vaksinasi keliling hanya ditargetkan melayani 100 orang. Tetapi kalau permintaan masyarakat tinggi, ada toleransi sebesar 10 persen,” sambung dr. Siti Wahyuningsih yang akrab disapa Bu Ning.
Vaksinasi dalam kegiatan “Mobile Vaksinasi” tersebut, sekaligus untuk memperluas sasaran ke kelompok umur pra-lansia, mulai dari usia 50 tahun ke atas.
Kebijakan perluasan sasaran itu, dengan pertimbangan kelompok pra-lansia termasuk kelompok usia paling rentan
kedua tertular Covid-19 setelah lansia. @tok