Search
Close this search box.

Dunia Sedang Menghadapi Kepunahan Massal Akibat Kerusakan Lingkungan

Ilustrasi kekeringan./visi.news/pinterest.

Bagikan :

VISI.NEWS | BANDUNG – Pakar lingkungan, Jane Goodall, memperingatkan bahwa dunia tengah menghadapi kepunahan massal keenam akibat kerusakan lingkungan yang terus berlangsung. Menurut Goodall, deforestasi, krisis iklim, dan praktik industri seperti pertanian intensif serta penggunaan bahan bakar fosil adalah penyebab utama bencana tersebut.

“Kita masih punya waktu untuk mulai memperlambat perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati. Namun, waktu itu sudah mulai tertutup,” ujar Goodall, Minggu (17/11/2024).

Salah satu langkah yang diusulkan untuk mencegah kepunahan massal adalah proyek restorasi habitat dengan penanaman pohon. Yayasan Jane Goodall, bekerja sama dengan Ecosia, telah menanam hampir dua juta pohon di Uganda untuk mengembalikan habitat bagi simpanse yang terancam punah.

“Semakin banyak yang dapat kita lakukan untuk memulihkan alam dan melindungi hutan yang ada, semakin baik,” tegasnya.

Ia menekankan pentingnya waktu dalam upaya ini, karena pohon membutuhkan waktu untuk tumbuh dan menyerap karbon dioksida.

Goodall juga mengungkapkan dampak perubahan iklim terhadap ekosistem, seperti musim hujan yang tidak lagi dapat diprediksi dengan baik di Tanzania, yang mempengaruhi kehidupan pohon, simpanse, dan hewan lainnya. Ia menegaskan bahwa kerusakan ekosistem yang semakin parah akan mempercepat hilangnya keanekaragaman hayati dan membahayakan masa depan umat manusia.

“Sekarang, terkadang hujan turun di musim kemarau, dan terkadang kering di musim hujan. Itu berarti pohon berbuah di waktu yang salah, yang membuat simpanse, serangga, dan burung kesal,” tuturnya.

Pada usia 90 tahun, Goodall tetap aktif berbicara tentang pentingnya pelestarian lingkungan. Ia mengimbau pemerintah dan masyarakat untuk segera mengambil tindakan yang lebih tegas untuk melindungi planet ini, dengan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan menghentikan praktik industri yang merusak lingkungan.

Baca Juga :  Prabowo Tambah Anggaran Rp 16,7 T buat Guru, Totalnya Rp 81 T

“Jika kita tidak segera meninggalkan bahan bakar fosil, jika kita tidak menghentikan pertanian industri yang merusak lingkungan dan membunuh tanah, serta berdampak buruk pada keanekaragaman hayati, masa depan pada akhirnya akan hancur.” kata Goodall memperingatkan. @ffr

Baca Berita Menarik Lainnya :