VISI.NEWS | BANDUNG – Styrofoam seringkali digunakan sebagai pembungkus makanan karena praktis, ringan, dan murah. Namun, apa yang terjadi saat Styrofoam dibakar bisa sangat merugikan bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Meskipun terlihat sepele, pembakaran Styrofoam melepaskan sejumlah zat berbahaya yang bisa menyebabkan dampak serius.
Ketika Styrofoam dibakar, salah satu zat yang terlepas adalah stirena. Stirena adalah gas beracun yang dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan seperti kelelahan, pusing, kesulitan konsentrasi, hingga perubahan cara penglihatan warna. Lebih buruk lagi, stirena merupakan zat karsinogenik yang dapat meningkatkan risiko kanker, terutama kanker darah dan esofagus, pada orang yang sering terpapar gas ini.
Selain stirena, pembakaran Styrofoam juga menghasilkan PAH (Hidrokarbon Aromatik Polisiklik), yang memiliki efek berbahaya jangka pendek seperti iritasi mata dan mual. Dalam jangka panjang, PAH dapat merusak hati, ginjal, dan bahkan menyebabkan katarak. Zat ini juga dapat bertahan di lingkungan selama bertahun-tahun, memperburuk polusi.
Tak hanya itu, pembakaran Styrofoam juga melepaskan karbon hitam yang dapat masuk ke paru-paru, menyebabkan bronkitis dan penurunan fungsi paru-paru.
Karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2) juga terlepas, yang berbahaya untuk kesehatan. CO, yang dikenal sebagai ‘silent killer’, dapat menyebabkan gejala mirip flu seperti pusing dan sakit kepala, bahkan pingsan atau kematian dalam jumlah besar. CO2, meskipun kurang toksik, dapat menyebabkan kekurangan oksigen yang berbahaya jika terhirup dalam jumlah besar.
Untuk itu, alih-alih membakar Styrofoam, lebih baik kita mencari cara yang lebih ramah lingkungan, seperti mengurangi penggunaan Styrofoam, mengganti dengan bahan daur ulang, atau membuangnya ke tempat pemrosesan limbah yang sesuai. @ffr