Search
Close this search box.

Gaza: Satu Tahun Eskalasi Konflik

Israel vs Palestina, konflik yang tak pernah berakhir. /visi.news/360info

Bagikan :

VISI.NEWS | GAZA – Pada 7 Oktober 2023, sejarah mencatat momen kelam bagi Israel. Pejuang dari kelompok militan Palestina, Hamas, yang telah menguasai Jalur Gaza selama hampir dua dekade, meluncurkan serangan brutal ke selatan Israel. Hari itu menjadi yang paling mematikan dalam 75 tahun keberadaan negara itu, dengan perkiraan 1.200 orang tewas, termasuk tentara dan warga sipil dari segala usia.

Serangan tersebut bukan hanya mengguncang Israel, tetapi juga mengubah dinamika geopolitik di kawasan. Sebelum insiden ini, Israel tengah dilanda protes besar-besaran terhadap kebijakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang berusaha mereformasi sistem peradilan, yang memperdalam ketegangan politik di dalam negeri.

Setahun setelah serangan itu, dampak dari peristiwa tersebut masih terasa. Respons Israel terhadap serangan Hamas berupa kampanye pengeboman udara yang masif, menghancurkan pusat-pusat perkotaan yang padat penduduk di Gaza dan menyebabkan jumlah korban jiwa di pihak sipil Palestina meningkat tajam. Banyak organisasi hak asasi manusia menyebut Gaza sebagai “penjara terbuka terbesar di dunia.”

Kondisi ini memicu kecaman internasional, dan para pemimpin Israel serta Hamas menghadapi kemungkinan tuduhan kejahatan perang di hadapan Mahkamah Pidana Internasional. Di sisi lain, Israel dituduh melakukan genosida dalam kasus yang masih diproses di Mahkamah Internasional.

Dukungan publik di berbagai negara juga terbelah, menjadikan perdebatan ini sebagai arena baru dalam pertarungan politik. Sementara upaya gencatan senjata mengalami kebuntuan dan bantuan darurat tidak mencukupi, pengiriman senjata dari sekutu Israel terus berdatangan.

Situasi semakin memanas setelah Israel meluncurkan serangan udara yang menewaskan pemimpin Hezbollah, Hassan Nasrallah, pada 27 September. Tindakan ini diikuti oleh serangan dari Iran yang meluncurkan hampir 200 rudal ke Israel, memperburuk ketegangan yang sudah ada.

Baca Juga :  Sri Mulyani Buka-bukaan Dampak Trump Menang Pilpres AS ke Ekonomi

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengecam siklus kekerasan yang terus berulang di kawasan tersebut. Dalam tanggapannya, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa Guterres tidak diterima di negaranya, dengan tuduhan mendukung teroris.

Kerusakan yang terjadi selama setahun terakhir sulit dibayangkan, dan apa yang akan datang diprediksi akan jauh lebih buruk. Banyak analis menganggap bahwa kondisi ini bisa memicu konflik yang lebih luas di Timur Tengah, melibatkan negara-negara sekutu Hamas seperti Iran dan Hezbollah.

Dari berbagai perspektif, dampak dari perang Gaza sangat kompleks. Pengamat menyoroti bahwa tidak hanya ada kerugian manusia, tetapi juga konsekuensi jangka panjang bagi stabilitas kawasan dan masa depan Israel-Palestina yang semakin suram.

@uli/360info

Baca Berita Menarik Lainnya :