Search
Close this search box.

Gerakan 66 Hari Terpaksa Menulis: Komunitas NAD Bangun Kebiasaan Menulis Lewat Disiplin dan Kesenangan

Jajaran Admin dan Mentor di komunitas Nulis Aja Dulu (NAD)

Bagikan :

VISI.NEWS|BANDUNG – Komunitas Nulis Aja Dulu (NAD) kembali menyelenggarakan even menulis yang kini diberi tajuk “Gerakan 66 Hari Terpaksa Menulis” mulai 1 Agustus hingga 31 Oktober 2025. Anggota komunitas NAD yang berjumlah 28.755 di grup media sosial Facebook dapat mengikuti kegiatan tersebut.

“Gerakan 66 Hari Terpaksa Menulis” ini digagas oleh beberapa anggota komunitas NAD untuk membangun kebiasaan menulis setiap hari. Ketika wacana itu dilempar ke grup Facebook NAD, di luar dugaan banyak anggota komunitas yang ikut ambil bagian. Tercatat lebih dari 480 peserta yang memutuskan mengikuti gerakan ini.

Pendiri sekaligus salah satu admin NAD, Irma Susanti Irsyadi mengapresiasi kegiatan positif yang digagas anggota komunitas. “Membanggakan sekali ketika sebuah komunitas benar-benar digerakkan tidak hanya oleh pengurus, tetapi juga oleh anggotanya. Ini menjadi bukti bahwa kecintaan terhadap literasi tidak pernah mati,” tutur Irma. Ia beharap komunitas NAD dapat terus melakukan kegiatan-kegiatan serupa pada masa-masa mendatang.

Salah seorang panitia, Edellweiss London menjelaskan bahwa program tersebut terinspirasi dari hasil penelitian psikolog Philippa Lally. “Dia menyebutkan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk membentuk kebiasaan baru adalah 66 hari. Dengan dasar itulah, panitia ‘66 Hari Terpaksa Menulis’ menargetkan para peserta untuk menulis secara konsisten dalam periode tersebut,” ujar Edellweiss menjelaskan.

Untuk aturan dan mekanismenya, peserta diperbolehkan menulis apa saja, mulai dari puisi, cerpen, cerbung, novel, hingga catatan harian. Tidak ada batasan jumlah kata, tapi penulisan wajib mengikuti kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai EYD dan KBBI. “Awalnya memang dipaksa, tapi dari keterpaksaan akan lahir keterbiasaan. Tujuan akhir kami bukan sekadar menulis 66 hari, melainkan membangun disiplin kreatif yang berkelanjutan,” katanya lagi.

Baca Juga :  Jadwal SIM Keliling Kota Bandung Hari Ini, Rabu 12 November 2025

Tulisan peserta diunggah di laman pribadi setiap hari. Disediakan tempat parkir khusus untuk menampung tautan (link) karya peserta di grup NAD. Namun, sebagai langkah pembelajaran bersama, peserta diwajibkan mengirim ulang tulisan di grup Facebook NAD.

Tulisan peserta yang diunggah di grup NAD akan diseleksi untuk dibedah bersama-sama. Bedah naskah dilakukan secara rutin setiap Senin pukul 19.00- 21.00 WIB. Setiap minggu akan dipilih satu tulisan yang akan dibedah secara terbuka oleh sesama anggota, mentor, maupun admin NAD.

Program ini diharapkan tidak hanya melatih konsistensi, tetapi juga mempererat interaksi antarpenulis. Sejumlah admin NAD, seperti Irma Susanti Irsyadi, Brigitta Innes, dan Anggraini Rani Adityasari, turut serta dalam memberi masukan terhadap karya-karya peserta yang dibedah setiap minggu.

“Bedah naskah ini akan membuat grup semakin semarak. Semua orang boleh berkomentar, asalkan dengan semangat membangun, bukan menjatuhkan. Kritik boleh, tapi dilarang julid,” kata Edellweiss menegaskan.

Sebagai bentuk apresiasi, peserta yang berhasil menyelesaikan tantangan akan mendapatkan hadiah berupa voucher penerbitan senilai Rp200.000 dari NAD Publishing. Selain itu, sejumlah hadiah dadakan juga telah disiapkan, antara lain tiga buku karya penulis senior Kurnia Effendi.

“Targetnya bukan siapa menulis paling banyak, melainkan bagaimana kualitas tulisan kita meningkat dari hari ke hari,” ujar Edellweiss. @TKS

Baca Berita Menarik Lainnya :