VISI.NEWS | BANDUNG – Menurut analis dari Goldman Sachs Group Inc., dolar AS akan tetap kuat jika Federal Reserve mempertahankan suku bunga sementara bank sentral lain lebih dulu memangkasnya. Ahli strategi yang dipimpin oleh Kamakshya Trivedi dan Joseph Briggs memperkirakan bahwa perbedaan kebijakan berpotensi membuat dolar AS lebih kuat.
Jika The Fed tetap menahan suku bunga, namun lebih banyak bank sentral lain memutuskan untuk melanjutkan pelonggaran domestik dibandingkan menunggu keputusan bank sentral AS, maka perbedaan kebijakan kemungkinan akan membuat dolar menguat lebih lama.
Dolar AS telah menguat terhadap semua mata uang dari kelompok negara G10 tahun ini, dengan indeks dolar Bloomberg naik hampir 3%
Gubernur Federal Reserve, Christopher Waller, mengatakan bahwa jika data ekonomi AS terus melemah dalam tiga hingga lima bulan ke depan, bank sentral dapat mempertimbangkan untuk menurunkan biaya pinjaman pada akhir tahun ini.
Sementara itu, Presiden Bank Sentral Eropa, Christine Lagarde, mengindikasikan bahwa kemungkinan akan ada penurunan suku bunga bulan depan, dengan pertumbuhan inflasi yang cepat sekarang sudah terkendali. Para analis memperhatikan perubahan yang dilakukan The Fed untuk membatasi tingkat volatilitas mata uang. Jika bank sentral di seluruh dunia mulai menurunkan suku bunganya relatif lebih awal dan lebih agresif dibandingkan The Fed, mereka berpendapat bahwa langkah ini dapat membantu Negeri Paman Sam mencapai target inflasinya.
@mpa