Guru Besar ITB Tawarkan Pengendalian Serangga Oleh Hayati

Editor Guru Besar ITB menawarkan pengendalian serangga oleh Hayati./via jabarprov.go.id/ist.
Silahkan bagikan

VISI.NEWS | KOTA BANDUNG – Serangga sesungguhnya adalah makhluk paling dominan di dunia. Keberadaannya saat ini diperkirakan mencapai 10 kuintiliun (Qi).

Hal ini disampaikan Profesor Tjandra Anggraeni, saat menyampaikan orasi ilmiah guru besarnya berjudul ‘Pengendalian Hayati Serangga Hama’ dalam Forum Guru Besar (FGB) ITB yang dilaksanakan di Aula Barat, Sabtu (19/11/2022).

Serangga dianggap sebagai hama sejak awal abad ke-20 sehingga mendorong ditemukannya teknologi pemusnah hama atau DDT pada tahun 1944. Namun pda 1960 Rachel Carlson mengungkapkan bahaya penggunaan DDT melalui bukunya yang berjudul “Silent Spring”.

“Terbitnya buku ini terus menjadi perhatian manusia sampai dilarangnya penggunaan DDT beberapa tahun kemudian,” ujarnya, dilansir dari laman resmi Portal Jabar.

Orasi ilmiah Prof. Tjandra berdasarkan hasil penelitiannya, yaitu pengaruh agen hayati terhadap sistem imun serangga, dan aspek fisiologi serangga. Dalam penelitian ini, Profesor Tjandra menggunakan agen hayati jamur. Hasilnya, serangga bisa mati karena kerusakan bagian dalam tubuh akibat jamur invasif, atau deposit toksin jamur, sehingga serangga mati keracunan.

Menurut Tjandra, pengendalian serangga hayati diperlukan seiring dengan munculnya masalah-masalah baru dalam pengendalian serangga. Di antaranya resistensi serangga hama, ledakan hama sekunder, dan polusi yang berujung pada penyakit bagi manusia.

Pengendailan hayati merupakan bagian dari pengendalian hama terpadu (PHT), yang menjadi salah satu solusi yang ditawarkan saat ini. Selain pengendalian hayati, dalam PHT terdapat pengendalian kultural, fisik, dan pengendalian secara kimia dengan insektisida dosis ringan, jika hasil yang diinginkan belum tercapai.

“Serangga akan terus berevolusi sehingga saat ini terdapat setidaknya 30 ordo serangga, dan akan terus bertambah. Jumlah jenis serangga dalam setiap ordo juga bervariasi,” katanya.

Baca Juga :  Masih Terjadi Penumpukan Sampah, Pemkot Bandung Perpanjang Darurat Sampah

Tjandra menegaskan pentingnya PHT, pemahaman terkait sistem imun serangga, serta kemungkinan terjadinya variasi akibat beragamnya jenis agen hayati dan serangga yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Tjandra berharap terhadap kebijaksanaan manusia dalam melakukan pengendalian hama, agar menggunakan prinsip PHT. @fen

Fendy Sy Citrawarga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Siang Ini Cianjur Diguncang Gempa

Sen Nov 21 , 2022
Silahkan bagikanVISI.NEWS | CIANJUR – Gempa bumi menimpa Kabupaten Canjur, Jawa Baratt, Senin (21/11) siang ini. BMKG ( Badan Meteorologi , Klimatologi, dan Geofisika) di Twitter mlaporkan, gempa magnitudo 5,6, di kedalaman 10 km, pada Senin (21/11) pukul 13:21:10 WIB. Koordinat: 6.84 LS 107.05 BT dengan pusat gempa berada di […]