VISI.NEWS | JAKARTA – Anggota Badan Penanggulangan Ekstrimisme dan Terorisme (BPET) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dr M Najih Arromadhoni atau Gus Najih, menyebut radikalisme dan isu akhir zaman merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan.
Hal ini disampaikannya saat menjadi narasumber dalam webinar bertajuk ‘’Konflik Ukraina: Glorifikasi Akhir Zaman oleh Kelompok Ekstrimisme’’ yang digelar oleh BPET MUI, Jumat (8/4/2022).
‘’Salah satu yang menjadi isu kelompok radikal adalah hadis-hadis akhir zaman. Misalkan Islam ini akan menjadi agama yang asing, perang yang akan terjadi di negeri Syam yang banyak sekali di propagandakan oleh ISIS,’’ ujarnya.
Akibat propaganda tersebut, kata Gus Najih, puluhan ribu orang dari 86 negara datang ke Suriah karena mempercayai bahwa Suriah atau Syam adalah negeri akhir zaman atau pertempuran akhir zaman. Kemudian, lanjutnya, ada hadis yang munculnya bendera hitam yang terus dipropagandakan oleh Taliban ketika berkuasa di Afghanistan.
‘’Akan berdirinya khilafah itu juga salah satunya, isu kembalinya perbudakan, kembalinya dinar dirham, memanah, berkuda, karena dianggap bahwa waktu itu senjata tidak berfungsi lagi sampai dengan perang akhir zaman,” kata dia.
Gus Najih menyebut bahwa materi-materi seperti ini dijadikan materi propaganda dan rekrutmen anggota untuk kelompok teror. Hal ini juga diperkuat oleh setiap penangkapan anggota teror oleh aparat keamanan yang selalu ditemukan buku akhir zaman.
‘’Misalnya penangkapan pada tahun 2012, di Bandung, selain ditemukan komputer dan laptop juga disita sejumlah buku di antaranya bertema tentang akhir zaman. Salah satunya buku perang akhir zaman karyanya Abdul Robbani Abdullah. Yang terdekat pada tahun 2018 bom Surabaya,’’ ungkapnya.
Menurutnya, para pelaku teror pun sering ingin mempercepat aksinya karena amaliah yang diyakininya ketika akhir zaman sudah berakhir, tidak akan ada lagi amal syahid sehingga harus mempercepat aksinya.
‘’Nah, sayangnya kita meskipun jajaran terror masyarakat kita marak kajian akhir zaman atau istilah ustaz akhir zaman ada Zulkilfi dan Baikuni dan lain-lain,’’ ucapnya.
Gus Najih menjelaskan, kebanyakan materi akhir zaman diambil dari hadis. Padahal, hadis akhir zaman adalah hadis yang paling banyak lemahnya. Berdasarkan penelitian banyak ulama seperti Roshid Ridho, ia menemukan bahwa hadis akhir zaman ini banyak bercampur dengan riwayat-riwayat yang di luar Islam, tapi berasal dari cerita-cerita Bani Israel.
‘’Wahhab bin Munabbih, Ka’ab bin Al Akhbar dan lain-lain. Sehingga, kalaupun disebutkan hadis banyak hadis daif dan bahkan hadis palsu itu hadis tentang akhir zaman. Sampai tradisi ulama hadis untuk mengenal hadis itu lemah itu adalah hadis-hadis akhir zaman, misalnya tentang Imam Mahdi, yang sahih sebenernya ada dua yang lainya itu daif,’’ tuturnya.
Oleh karena itu, kata dia, para ulama ketika menyampaikan cerita tentang akhir zaman pasti menyampaikannya secara ringkas karena memang informasinya umum dan terbatas. @fen