VISI.NEWS – Umat Islam di seluruh dunia kembali menyaksikan warga dan ekspatriat Saudi menjalankan kembali umrah, setelah ditutup selama lebih dari enam bulan. Sebelumnya, tidak pernah terbayangkan kedua Masjid Suci akan menutup pintunya bagi peziarah maupun jemaah salat.
Kerajaan Saudi memutuskan kembali membuka pintu Masjid Nabawi untuk salat berjemaah pada 31 Mei. Menyambut keputusan itu, muncul ketegangan lainnya dan mempertanyakan kapan Masjidilharam kembali melanjutkan aktivitasnya.
Setelah penantian yang melelahkan, keputusan dan rencana keselamatan serta perlindungan jemaah umrah dikeluarkan oleh pihak berwenang. Kelompok peziarah pertama muncul di layar, menampilkan kegiatan mereka mengelilingi Kakbah, tepat setelah tengah malam, Ahad (4/10) lalu.
“Melihat Mataf di sekitar Kakbah dipenuhi dengan peziarah lagi, bahkan dengan kapasitas minimum, adalah pemandangan yang patut dilihat,” kata seorang karyawan sektor swasta di Jeddah, Dania Ahmed, dilansir Republika.co.id dari Arab News, Senin (5/10).
Pria berusia 30 tahun ini menyebut umrah kali ini diliputi rasa yang lebih intens, terlebih dengan ditutupnya Masjidilharam beberapa bulan lalu. Ia merasa terhibur melihat umat Islam kembali memenuhi tempat yang penuh berkah itu.
Ia menyebut, jemaah yang dapat melaksanakan umrah di hari pertama pembukaan kembali ini merupakan orang-orang yang beruntung. Muslim yang lainnya pun, akan segera menyusul.
Setelah pencabutan larangan umrah yang diberlakukan berbulan-bulan lalu akibat wabah Covid-19, 1.000 jemaah tiba di Masjidilharam di Mekah. Tindakan pencegahan diterapkan bagi mereka yang memasuki Masjidilharam, termasuk pemeriksaan suhu, sanitasi, smart band atau gelang pintar, penutup wajah atau masker, serta jarak sosial saat melakukan ritual umrah.
Bagi penduduk Mekah, yang biasanya mengunjungi Masjidilharam untuk salat, membaca Alquran, menghadiri kelas atau duduk di seberang Kakbah dan menikmati situs suci, kondisi saat ini merupakan penyesuaian yang sulit. Selama berabad-abad, penduduk kota berjalan melewati gerbang masjid dengan mudah, sampai virus Covid-19 menyerang.
Thoraya Abdulghaffar Abulshakour, seorang penduduk tua Mekah yang sering mengunjungi Masjidilharam untuk melakukan salat, berada dalam keadaan tidak percaya karena dapat kembali setelah tujuh bulan. “Saya sangat ingin mengunjungi masjid, dan air mata saya mengalir setiap kali saya melihatnya di TV,” katanya.
Menyebarnya pandemi menghalangi ia maupun warga lainnya untuk melakukan berbagai aktivitas. Covid-19 menutup masjid dan juga menyebabkan banyak keluarga meninggal. Meski demikian, ia meyakini kebijakan dan protokol kesehatan yang dikeluarkan Kerajaan Saudi bertujuan baik, memastikan keselamatan masyarakat Saudi.
Ia juga menyebut Pemerintah Saudi memiliki peran yang besar dan bersifat bijaksana. Abulshakour merasa bangga hidup di negara yang mengutamakan keselamatan warga dan penduduk di atas segalanya.
Selanjutnya, ia merasa terkesan dengan tindakan pencegahan yang diterapkan di dalam Masjidilharam, terutama untuk memastikan keselamatan jemaah dan staf. Langkah-langkah dan layanan tersebut telah dijalankan selama puluhan tahun, namun baru sekarang konsentrasinya ditingkatkan, mengingat ancaman Covid-19 yang mengintai masyarakat, terutama lansia.
Abdulghaffar berhasil melakukan umrah pertama bersama putranya, setelah ia berhasil mendaftar menggunakan aplikasi Eatmarna.
“Saya senang bisa menunaikan umrah setelah tidak melakukannya selama tujuh bulan. Saya tinggal di Mekah dan tidak pernah berharap bisa masuk ke Masjidilharam selama berbulan-bulan seperti ini. Tapi malam ini, kami melihat para peziarah kembali di tengah layanan istimewa yang diberikan oleh Presidensi Umum Masjidilharam dan Masjid Nabawi,” katanya. @fen