Search
Close this search box.

Harus Kuat Kekitaan bukan Keakuan

Ketua Bidang Fatwa MUI Sulsel Dr KH Ruslan Wahab MA./via muisilsel.com/ist.

Bagikan :

VISI.NEWS | JAKARTA – Sejatinya dalam kehidupan sosial, menurut pandangan Al Quran, daya tarik “kekitaan” untuk memikirkan dan mewujudkan kemaslahatan bersama harus lebih kuat daripada daya tarik “keakuan” yang hanya semata memikirkan kepentingan diri sendiri.

Dengan kata lain bahwa, kehidupan yang harmonis, sejuk, dan indah adalah menempatkan “keakuan” dalam “kekitaan”.

Sejarah hitam kemanusiaan dari putra Adam a.s.(Qabil) yang lebih mendahulukan sifat ke’aku’annya diabadikan dalam Al-Quran untuk menjadi nasihat yang berharga bagi kita semua.

Bahwa kehidupan yang tidak berbasis semangat berkurban akan mengorbankan kehidupan orang lain dan ini adalah pelanggaran kemanusiaan.

Bentuk kehidupan yang diwarnai dengan sifat angkuh, rakus, iri, dengki serta semacamnya membutakan hati untuk lebih bijaksana dalam bersikap, bertutur dan berprilaku, susah mendapatkan hidayah, dan akan
meracuni pertimbangan akal sehat manusia, dan semakin menyeretnya menjauh dari Allah SWT.

Qabil dengan hati yang angkuh, iri, rakus berontak dan menolak kebijakan ayahnya sendiri (Adam ) yang pada akhirnya berujung dengan sebuah tragedi kemanusiaan dengan membunuh saudaranya (Habil) dalam genggaman tangannya sendiri tanpa
berprikemanusiaan. Betapa nistanya hati yang dikuasai sifat rakus, arogan, benci, dan iri.

Demikian penggalan isi khutbah Iduladha 1443 H beberapa waktu lalu yang disampaikan oleh Ketua Bidang Fatwa MUI Sulsel Dr KH Ruslan Wahab MA. @fen/sumber mui.or.id/muisulsel.com

Baca Berita Menarik Lainnya :