VISI.NEWS – Menurut Meehan sangat penting untuk menyadari bahwa tidak semua orang berada pada level Islam yang sama.
Beberapa Muslim baru telah mempelajari agama Islam secara mendalam sebelum mengucapkan syahadat. Ada juga mualaf yang memiliki pemahaman dasar tentang Islam. Lalu lamban mendalami ajaran tersebut.
Menjadi Muslim adalah perjuangan tersendiri. Rasanya berat sehingga harus dilalui dengan pendirian yang kuat. Selama berbulan-bulan dia mencari pengetahuan Islam karena minimnya bahan bacaan bahasa Inggris yang tersedia di Kuwait. Di sana dia menjalani kehidupan baru untuk menemukan ketenangan batin.
“Saya hanya mengandalkan apa yang diajarkan suami saya dan butuh waktu lama untuk belajar agama,” jelasnya.
Sebagai seorang mualaf baru dia menghadapi banyak perubahan baik secara spiritual maupun fisik. Salah satu perubahan yang paling sulit adalah hubungan dengan orang lain. Karena Islam sering digambarkan dalam berita negatif di media. Orang-orang terdekat bisa saja memutuskan hubungan sepenuhnya.
Orang lain juga menghindar karena keengganan mereka menjalin hubungan dengan Muslim. Alasan inilah yang membuat Meehan memilih untuk tidak memberi tahu keluarga tentang memeluk Islam selama beberapa bulan.
Dia tidak benar-benar peduli dengan apa yang mereka pikirkan tentang hal itu. Tetapi dia tahu mereka akan memiliki beberapa hal yang mengerikan untuk dikatakan tentang agama barunya. Meehan tidak ingin mendengar hal itu.
Suatu ketika dia memberanikan diri memberitahukan perubahan keimanannya kepada keluarga. Apa yang terjadi? Mereka membencinya, marah, dan menghardiknya dengan kata-kata kotor.
Namun itu tidak menggoyahkan pendirian yang sudah dibangun. Meehan justru semakin meyakini apa yang ditempuhnya sudah benar.
Dia pun menyarankan bagi Muslim baru untuk menyembunyikan keimanannya dari orang lain. Meski demikian, harus ada keyakinan bahwa Allah tidak menguji hamba-Nya di luar kemampuan yang ada. @fen/sumber: republika.co.id