VISI.NEWS | SOLO – Kepala Biro (Kabiro) Perencanaan dan Keuangan Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Dr. Joko Santoso, mengungkapkan, saat ini jumlah koleksi perpustakaan di seluruh Indonesia hanya sebanyak 28 juta eksemplar, atau 18 persen dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta lebih.
Padahal, merujuk negara maju lain jumlah buku koleksi perpustakaan idealnya minimal dua kali lipat dari jumlah penduduknya.
“Upaya-upaya untuk mengembangkan konten terutama konten pengetahuan sekarang ini tergantung perpustakaan di daerah dan pedesaan. Perpustakaan desa sekarang mempunyai peranan penting dalam memberikan akses pengetahuan kepada masyarakat,” katanya di sela Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia (KPDI) ke-13 tahun 2022, di Hotel Sunan, Solo, Selasa (9/8/2022).
Menyinggung peningkatan minat baca masyarakat, Joko Santoso menyebutkan, berdasarkan jumlah buku yang dibaca, frekuensi membaca, lamanya membaca setiap pekan dan ditambah akses perpustakaan lewat internet, setiap tahun selalu bertambah. Dia menyebutkan, data terakhir menunjukkan tingkat minat baca mencapai 56 persen lebih dari total penduduk Indonesia.
“Dilihat dari besarannya termasuk posisi sedang. Tetapi angka itu menggembirakan, karena lebih tinggi dibanding lima tahun silam,” tandasnya.
Dalam upaya meningkatkan jumlah koleksi perpustakaan di Indonesia, kata Joko Santoso lagi, Perpustakaan Nasional mendorong para penulis baru untuk ikut menambah jumlah koleksi pustaka nasional yang jumlahnya masih sangat minim.
“Kami mengundang penulis-penulis baru untuk aktif menulis buku agar koleksi pustaka bertambah. Kami juga melakukan promosi digital publising, sehingga penulis cukup mencetaknya dalam bentuk digital, ” kata Joko lagi.
Burhanuddin Harahap dari UPT Perpustakaan UNS, menyebutkan, perpustakaan yang berperan meningkatkan literasi melalui transformasi untuk mewujudkan ekosistem digital nasional, belum dimanfaatkan masyarakat secara luas.
Saat ini, teknologi digital lebih banyak diakses kalangan masyarakat menengah atas. Sedangkan masyarakat marginal masih sangat kurang memanfaatkan perpustakaan digital sebagai sumber pengetahuan.
“Koleksi perpustakaan sebagai sumber pengetahuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, selama ini lebih banyak dimanfaatkan kalangan menengah ke atas. Sedangkan masyarakat menengah bawah kebanyakan memanfaatkan perpustakaan hanya sebagai sumber informasi,” jelasnya.
Burhanudin Harahap menyatakan, peningkatan literasi melalui perpustakaan digital merupakan salah satu upaya agar lebih banyak kalangan masyarakat menengah bawah dapat mengakses perpustakaan sebagai sumber Ilmu pengetahuan.
“Peningkatan akses perpustakaan diharapkan meningkatkan kesejahteraan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Melalui konferensi perpustakaan digital, kita harapkan dapat meningkatkan akses masyarakat terutama di daerah terdepan, terpencil dan tertinggal,” lanjutnya.
Sementara itu, Ketua Konferensi Literasi Digital Indonesia (KPDI), Prof. Dr. Jonner Hasugian, menjelaskan, KPDI merupakan organisasi yang berupaya mendorong literasi dan digitalisasi perpustakaan agar dapat dimanfaatkan masyarakat kelas menengah ke bawah. Akses tersebut termasuk layanan inklusif bagi masyarakat berkebutuhan khusus.
“Transformasi perpustakaan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi kini sangat dibutuhkan untuk menjangkau seluruh masyarakat. KPDI mendorong pengembangan perpustakaan digital, khususnya di perguruan tinggi dalam penerapan teknologi informasi sebagai pendukung akses mendapatkan, menyimpan, dan menyebarluaskan informasi dalam kompleksitas layanan perpustakaan,” tuturnya.@tok