VISI.NEWS | BANDUNG – Islam di Indonesia menjadi cermin harmoni antara aliran modernis dan tradisionalis, khususnya dalam lingkungan para santri yang menunjukkan perbedaan antara keduanya. Istilah “Santri” pada Era Abad XX M mencerminkan dinamika modernisme Islam, sementara tradisionalisme Islam terkait erat dengan NU.
Pendekatan tradisional merupakan hasil perpaduan antara modernisme dan tradisionalisme, menciptakan wajah baru Islam di Indonesia. Dalam mengelola keberagaman keagamaan yang kompleks, diperlukan visi dan solusi yang mampu menciptakan kerukunan, menjunjung moderasi beragama, menghargai keragaman tafsir, dan menjauhi ekstremisme serta intoleransi.
Semangat moderasi beragama mengarah pada pencarian titik temu antara dua kutub ekstrim dalam beragama. Gus Yahya, Ketua Umum PBNU, dalam Konferensi Moderasi Beragama Asia Afrika dan Amerika Latin, mengungkapkan pandangan bahwa dinamika global saat ini merupakan pertarungan dominasi kekuatan global, memunculkan tragedi kemanusiaan.
Konferensi The Asia-Africa and Latin America on Religious Moderation: “Religion and Humanity” yang diselenggarakan oleh Kemenag dan PBNU bertujuan memperkuat moderasi beragama secara global, merespons konflik yang meluas di berbagai negara. Tujuan konferensi ini mencerminkan keadaan global dan menjadi momentum penting untuk mendorong negara-negara agar menghentikan eskalasi konflik dan menciptakan perdamaian.
Pada acara tersebut, civitas akademik dari Bandung seperti UNPAD, UPI, UNISBA, dan UIN Sunan Gunung Djati turut berpartisipasi. Carni Trisnawati, mahasiswi S2 UIN Sunan Gunung Djati, menyoroti keragaman materi dan kontribusi dalam acara, mencatat adanya puluhan makalah dan modul buku, termasuk buku modul tentang toleransi beragama.
Abdul Majid Ramdhani, salah satu peserta Conference Parallel Sessions The 1st Asian-African and Latin American Conference on Religious Moderation Religion for Humanity, menekankan bahwa acara tersebut tidak hanya memberikan wawasan pengetahuan, tetapi juga membuka peluang untuk berbagi, bertukar pendapat, dan berpikiran terbuka terhadap isu-isu moderasi beragama di Indonesia dan negara lainnya.
@mpa