Search
Close this search box.

Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW: Kisah, Hikmah, dan Keistimewaan Umatnya

Ilustrasi. /net

Bagikan :

VISI.NEWS | BANDUNG – Isra Mi’raj adalah peristiwa mukjizat yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW pada malam 27 Rajab 1445 Hijriah atau 8 Februari 2024 Masehi. Pada malam itu, Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem, lalu naik ke langit ketujuh atau Sidratul Muntaha, tempat tertinggi di langit yang menjadi batas ujung pengetahuan dan aktivitas para makhluk.

Dalam perjalanan tersebut, disarikan dari taklim subuh Ustad H. Dony Amir Saggaf, S.E., M.M. dari Tafsir Ibnu Katsir jilid 1 dan Tafsir Ruhul Bayan juz III, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan para nabi dan rasul terdahulu, melihat surga dan neraka, dan menerima perintah salat lima waktu dari Allah SWT. Nabi Muhammad SAW juga mendapatkan keistimewaan dan kemudahan bagi umatnya, yaitu umat Islam, yang tidak diberikan kepada umat-umat sebelumnya.

Salah satu keistimewaan dan kemudahan tersebut adalah bahwa umat Islam akan diampuni dosa-dosanya, baik dosa besar maupun dosa kecil, asalkan mereka tidak menyekutukan Allah SWT. Hal ini berdasarkan riwayat yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW sendiri, yang bersabda:

Allah mendekatiku dengan mendekatkan aku ke sandaran Arasy, kemudian Dia mengilhamkan kepadaku: ‘Bila Aku berfirman: ‘Rasul telah beriman kepada apa-apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya. Dan orang-orang yang beriman, semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, kami tidak membedakan diantara semua Rasul-rasul-Nya. Sebagaimana kaum Yahudi dan Nasrani yang membeda-bedakannya.

Allah berfirman: “Apa yang mereka katakan? Aku (Nabi SAW) menjawab: Kaum Yahudi dan Nasrani berkata: “Kami mendengar dan kami durhaka.”

Sedangkan orang-orang yang beriman berkata: “Kami mendengar dan kami taat.”
Allah berfirman: “Kamu benar! Mintalah kamu niscaya Ku-beri”. Maka Aku berkata: Janganlah Engkau menghukum kami bila kami lupa atau melakukan kesalahan.”

Baca Juga :  Farah Puteri Sebut Pentingnya Ketegasan Indonesia Terkait Natuna

Allah berfirman: “Kuhilangkan hukuman yang disebabkan lupa dan kesalahan darimu dan dari umatmu dan juga kesalahan akibat dipaksa.”

Aku berkata: “Ya Rabbana janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami, yaitu kaum Yahudi.

Sebagai gambaran Orang bani Israil seperti keharusan bunuh diri dalam bertaubat, memotong anggota badan bila melakukan kesalahan, menyisit/mengerat bagian tubuh yang kena najis, bersuci bukan dengan air, mendirikan salat 50 kali sehari semalam, mereka tidak boleh salat selain di masjid, orang yang shaum (bila malam hari telah tidur) tidak boleh makan lagi, diharamkannya sebagian yang enak-enak karena dosa mereka, zakat seperempat dari harta mereka, menuliskan dosa yang dilakukan malam hari di pintu pada waktu subuh dan beban-beban berat lainnya.

Allah berfirman: “Aku tidak akan membebankan hal itu kepadamu dan umatmu”
Aku berkata: “Ya Rabbana janganlah Engkau pikulkan kepada Kami sesuatu yang tidak sanggup kami memikulnya.”

Allah berfirman: “Tidak akan Ku-pikulkan.”
Aku berkata: “Beri ma’afkan kami, ampunilah kami dan rahmatilah kami.

Engkau penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. Allah berfirman: “Sungguh kupenuhi (permintaanmu)”.

Beruntunglah kita sebagai umat Rasulullah SAW, yang diberi kemudahan dalam melakukan taubat bila melakukan dosa besar maupun kecil, asalkan jangan menyekutukan-Nya.

@mpa

 

Baca Berita Menarik Lainnya :