VISI.NEWS | ISRAEL – Keluarga warga Israel yang masih disandera oleh Hamas menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sengaja memperpanjang agresi militer di Gaza demi kepentingan politik dan pribadinya.
Menurut otoritas Israel, hingga saat ini masih ada 59 sandera yang belum dibebaskan, dengan 24 orang di antaranya diyakini masih hidup. Para keluarga sandera pun secara rutin menggelar demonstrasi, mendesak Netanyahu untuk segera menyetujui gencatan senjata, yang menjadi syarat utama dalam negosiasi pembebasan sandera.
Namun, berdasarkan laporan Al Jazeera pada Senin (3/3/2025), Israel tetap menolak tekanan ini dan menyatakan siap melanjutkan konflik hingga mencapai tujuan mereka. Tel Aviv bahkan beberapa kali menegaskan bahwa mereka tidak segan menghadapi konflik besar lainnya, meskipun konflik telah berlangsung selama 15 bulan sejak 7 Oktober 2023.
Pada Minggu, Netanyahu kembali membela keputusannya untuk memblokir bantuan kemanusiaan ke Gaza, dengan alasan langkah tersebut bertujuan untuk menekan Hamas agar memenuhi tuntutan Israel dalam kesepakatan gencatan senjata.
Israel mengklaim ingin memperpanjang fase pertama kesepakatan demi membebaskan lebih banyak sandera, tetapi belum berkomitmen untuk mematuhi fase kedua, yang seharusnya mengarah pada penghentian konflik secara total dan penarikan pasukan Israel dari Gaza.
Netanyahu juga menyebut bahwa tuntutan Hamas untuk mengakhiri konflik dianggap tidak realistis dan tidak sesuai dengan kepentingan Israel, sehingga gencatan senjata belum dapat terwujud. @ffr