Dalam puisi-puisinya, Kidalang Wawan Ajen sering mengeksplorasi tema-tema spiritual dan filosofis, serta menggambarkan kehidupan manusia dalam perspektif yang lebih luas. Beliau juga sering menggunakan simbol-simbol dan metafora untuk mengungkapkan ide-ide dan perasaan yang mendalam.
Cuplikan beberapa bait dalam dua judul puisi yang akan kita simak adalah Suluk Agung Dewaruci dan Permoni: Ratu Kejahatan Dari Neraka. Kedua puisi ini merupakan sebuah refleksi spiritual yang mendalam, yang menggambarkan perjalanan spiritual Bima, seorang tokoh wayang, yang mencari kesucian jiwa dan menuju kepada Allah SWT.
Suluk Agung Dewaruci
Jalan terbentang menuju pulau ahirat,
Empat serangkai tak boleh lepas,
syariat, thoriqot, hakikat, dan Mak’rifat.
Syariat rambu-rambu Alloh
Menerangi jalan kehidupan, Menuju keindahan dalam cahaya keberkahan.
Thariqot kepatuhan, ketaatan dan kecintaan kepadaNya.
Seperti perahu
Mengarungi samudra cinta
Mengarahkan hati, pada Illahi Rabbi.
Hakikat sebuah kesejatian dalam pengabdian pada Alloh SWT.
Menghilangkan ilusi, menuju kesucian yang hakiki
Dan Makrifat, kesaksian cinta yang mutlak tak terbatas tehadap Allah Robil ’izzati.
……………………………………………….
Dalam penggalan beberapa bait puisi ini, Kidalang Wawan Ajen menggambarkan perjalanan spiritual Bima yang mencari kesucian jiwa dan menuju kepada Allah SWT. Puisi ini sarat akan simbol-simbol sufi, seperti “Dewa Ruci” yang merupakan representasi dari kesucian dan kebenaran.
Permoni: Ratu Kejahatan Dari Neraka
Aku adalah bayang-bayang
Yang tumbuh dari doa-doa yang gugur
Aku Permoni, ratu luka dari alam yang dilupakan
Bidadari Uma yang terkutuk,
Wajahku serpihan kutukan berwujud
Durga yang menjerit
Bermata bara, berlidah sembilu,
Kubasuh dunia dengan darah dan dusta………………………………………
Dalam penggalanb/cuplikan beberapa bait judul puisi ini, Kidalang Wawan Ajen menggambarkan kekuatan jahat yang selalu berusaha untuk menjauhkan kita dari jalan Allah SWT. Permoni, sang ratu kejahatan, merupakan representasi dari kekuatan jahat yang ada dalam diri manusia.
Kedua puisi ini menekankan pentingnya kesadaran dan kewaspadaan dalam menghadapi godaan-godaan syaitan. Puisi-puisi ini juga menggambarkan betapa pentingnya mengingat Allah SWT dan menjalani jalan spiritual yang benar untuk menghindari jeratan kejahatan.Dengan demikian, puisi-puisi karya Kidalang Wawan Ajen merupakan sebuah karya yang mendalam dan sarat akan makna spiritual, serta dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dalam menjalani kehidupan spiritual. Untuk lebih lanjutnya dalam mendalami puisi puisi beliau, tunggu tanggal mainya..Yang insya Allah akan diliris bulan ini dalam bentuk Antologi puisi tunggalnya.
Sosok penulis, H. Wawan Gunawan, yang disapa Kidalang Wawan Ajen, merupakan seorang tokoh seniman budayawan yang telah melanglang buana dalam kancah seni dan budaya Indonesia. Lahir di Ciamis. Memulai Ki Dalang Wawan Ajen, memulai karir seniman dalang di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Bandung tahun 1989. Sebagai pencipta Wayang Ajen, aktif menulis naskah, sutradara pertunjukan Wayang Ajen, dan mendirikan Sanggar Wayang Ajen di Kota Bekasi tahun 2000. Pengalaman pentas di dalam dan luar negeri dengan berbagai prestasi. Membuka kelas pelatihan seni pedalangan bagi generasi muda di kota Bekasi, pandeglang, Subang, dan Bandung Barat. Selain itu , ia sebagai dosen di Pascasarjana NHI Stiabudi Bandung.
@RidwanChMadris












