Search
Close this search box.

Jelang ‘Muludan’ 8 Oktober 2022, Ini Sejarah Perayaan Maulid Nabi SAW

Sekaten (berasal dari kata Syahadatain - kalimat syahadat) di Solo rutin dilaksanakan setiap bulan Maulud. Kemeriahan jelang Sekatenan tahun ini dimulai sejak 16 September sampai 16 Oktober 2022. /visi.news/ist

Bagikan :

VISI.NEWS | BANDUNG – Maulid Nabi Muhammad SAW tahun ini bertepatan dengan tanggal 8 Oktober 2022. Maulid Nabi SAW adalah hari kelahiran Rasulullah SAW yang menurut satu riwayat jatuh pada hari Senin, 12 Rabiul Awal. Sepeninggalan beliau SAW, banyak dari umatnya yang merayakan kelahiran beliau SAW setiap tahun.

Perayaan Maulid Nabi SAW telah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Ada berbagai pendapat tentang bagaimana dan kapan perayaan Maulid Nabi SAW pertama diadakan. Berikut ini keterangannya:

Abad ke-2 Hijriah

Menurut catatan Ahmad Tsauri, perayaan Maulid Nabi SAW sudah ada sejak abad kedua Hijriah. Perayaan pertama diinisiasi oleh seseorang bernama Khaizuran (w. 170 H).

Khaizuran adalah ibu dari Khalifah Musa Al-Hadi dan Harun Ar-Rasyid. Dia datang ke Madinah, lalu mengajak penduduk Madinah untuk merayakan kelahiran Rasulullah SAW di Masjid Nabawi.

Saat berkunjung ke Mekkah, Khaizuran juga mengajak penduduk merayakan Maulid Nabi SAW di rumah mereka masing-masing. Khaizuran menginisiasi perayaan ini dengan tujuan agar ajaran dan teladan kepemimpinan Rasulullah SAW tetap menginspirasi masyarakat.

Catatan mengenai perayaan ini ditemukan di rumah kelahiran Rasulullah SAW di Mekkah, bahwasanya perayaan maulid pernah ada di abad 8 M/2 H. Tidak hanya hari kelahiran, tempat kelahiran Rasulullah SAW juga sempat menjadi pilihan untuk tempat shalat.

Rumah kelahiran Rasulullah SAW di dekat Kakbah (sumber:www.maps.google.com)

Ahli sejarah Al-Azraqi menyatakan bahwa rumah kelahiran Nabi SAW menjadi salah satu tempat yang mustahab (dianjurkan) untuk melaksanakan shalat di Mekkah. Ulama Al-Qur’an An-Naqqasy mengungkapkan bahwa rumah beliau SAW menjadi tempat berdoa setiap hari Senin (hari kelahiran Rasulullah SAW).

Abad ke-3 Hijriah

Berdasarkan catatan para sejarawan seperti Ibnu Zahira Al-Hanafi, Ibnu Hajar Al-Haitami, dan An-Nahrawi, masyarakat merayakan hari kelahiran Rasulullah SAW setelah magrib di tanggal 12 Rabiul Awal. Sebagian besar masyarakat Mekkah akan berbondong-bondong mengunjungi rumah kelahiran Rasulullah SAW sambil berzikir membaca la ilaha illallah.

Baca Juga :  Destinasi Wisata Indonesia Jadi Tempat Liburan Pesohor Dunia
Di tempat inilah Rasulullah SAW lahir. Rumah ini sekarang dijadikan perpustakaan yang jaraknya tak jauh dari Kakbah (sumber: www.jawapos.com)

Jalanan terang dan orang-orang membawa serta anak-anak mereka. Mereka mengenakan pakaian terbaik ke sana. Kemudian, ulama akan berkhutbah tentang kelahiran Rasulullah SAW dan peristiwa-peristiwa yang mengiringinya. Kemudian acara dilanjutkan dengan berdoa untuk khalifah, para qadhi, dan amirul mukminin Mekkah.

Setelah acara selesai, mereka pergi ke Masjidil Haram lalu duduk di dekat Maqam Ibrahim. Setelah khatib membaca tahmid (alhamdulillah) dan doa, mereka menunaikan shalat Isya berjamaah, lalu pulang.

Abad ke-4 Hijriah

Pendapat kedua menyatakan bahwa Maulid Nabi SAW pertama kali dilakukan pada masa Dinasti Fatimiyyah di Mesir. Dinasti Fatimiyyah mengadakannya dengan berkurban, puasa, dan acara untuk Ahlul Bait dari keturunan Sahabat Ali bin Abi Thalib ra.

Perayaan ini masih berlanjut saat Dinasti Ayyubiyyah yang beraliran sunni, memimpin Mesir. Raja Shalahuddin Al-Ayyubi mengadakan festival perayaan Maulid Nabi SAW atas saran sepupunya, Muzafaruddin Gekburi.

Zaman Raja Shalahuddin Al-Ayyubi banyak diwarnai peperangan, dan festival Maulid ini dapat membangkitkan semangat masyarakat. Di masa Raja Shalahuddin, masyarakat mengkaji sirah dan atsar tentang Nabi Muhammad SAW dengan serius, sebagai bentuk kecintaan mereka kepada Rasulullah SAW.

Banyak ulama yang menentang perayaan maulid di masa itu karena tidak dilakukan di zaman Rasulullah SAW. Namun, Raja Shalahuddin menegaskan bahwa kegiatan maulid hanya bentuk syiar agama dan bukan ritual yang dihukumi wajib untuk dilakukan.

Festival ini pertama kali diadakan di abad keenam Hijriah. Saat itu Raja Shalahuddin mengadakan sayembara menulis riwayat hidup Rasulullah SAW dan puisi untuknya SAW. Syeikh Ja’far Al-Barzanji memenangkan sayembara ini. Karya beliau kini terkenal dengan nama Maulid Barzanji.

Baca Juga :  Kunjungan Inspiratif DPKM ke Kabupaten Bandung, Perlunya Dukungan DPRD dalam Penguatan Anggaran DPKB

Berkat festival tersebut, banyak pemuda muslim mendaftar menjadi prajurit pembebasan Al-Aqsa dan Yerusalem dari tangan pasukan salib. Dan umat Islam berhasil membebaskan Yerusalem dari pasukan salib.

Abad ke-6 Hijriah

Ibnu Jubair menulis dalam bukunya Rihal, bahwa pada masanya, rumah kelahiran Rasulullah SAW dibuka, lalu orang-orang mendatangi rumah itu di hari senin pada bulan Rabiul Awal untuk mendapatkan keberkahan.

Abad ke-7 Hijriah

Pendapat ini menyatakan bahwa orang yang pertama kali merayakan Maulid adalah Raja Ibril dari Iraq. Beliau bernama Al-Muzaffar Abu Sa’id Kaukabri.

Pada hari Maulid, raja mengundang ahli ilmu, pakar tasawuf, para ulama dan rakyatnya lalu menjamu mereka semua, memberi hadiah, dan bersedekah kepada fakir miskin.

Pada masa ini, semua ulama mendukung perhatian raja yang begitu besar terhadap peringatan Maulid Nabi SAW.

Adapun Abu Al-Abbas Al-Azafi, sejarawan abad ke-7, mengemukakan bahwa pada hari maulid, tidak ada kegiatan perekonomian berlangsung di Mekkah. Orang-orang sibuk berziarah ke rumah kelahiran Rasulullah SAW.

Bagian dalam rumah kelahiran Rasulullah SAW yang kini menjadi perpustakaan (sumber: www.islamiclandmarks.com)

Abad ke-8 Hijriah

Ibnu Batutah, pengembara muslim yang terkenal, menceritakan bahwa pada hari Maulid, pintu Kakbah dibuka. Pada hari itu pula Qadhi Mekkah, Najmuddin Muhammad bin Imam Muhyiddin Ath-Thabari membagi-bagi makanan kepada keluarga nabi (syurafa) dan orang-orang Mekkah.

Demikianlah sejarah perayaan Maulid Nabi SAW menurut para ahli sejarah dan ulama. Perayaan ini masih berlanjut di berbagai negara berpenduduk muslim, seperti Mesir, Yaman, Libya, Tunisia, Maroko, Sudan, Somalia, Turki, Pakistan, Malaysia, Brunei, India, juga Indonesia.

Sahabat KESAN yang budiman, selamat merayakan Maulid Nabi SAW dengan bahagia dan mengisinya dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan sesuai syariat. Beberapa ulama telah menganjurkan perayaan Maulid Nabi SAW, seperti Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dan Imam Suyuti.

Baca Juga :  Peran Haji Ace dalam Meningkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Kabupaten Bandung dan Bandung Barat

Adapun dalil tentang Maulid Nabi dan ulama yang membolehkannya akan kami bahas lebih lengkap pada artikel selanjutnya. Semoga dengan kecintaan kita kepada Rasulullah SAW, kita bisa mendapatkan syafaat beliau SAW di hari Kiamat kelak. Aamiin.@nia/kesan

Baca Berita Menarik Lainnya :