VISI.NEWS | MAKASSAR – Sebanyak 450 jemaah haji dari kloter 1 Debarkasi Makassar baru saja tiba di Asrama Haji Sudiang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Para jemaah ini tampak mengenakan pakaian yang mencolok, termasuk kebaya bermanik-manik, dan beberapa di antaranya bahkan memakai perhiasan emas di lengan dan leher.
Harga satu set pakaian yang dikenakan oleh jemaah ini rata-rata bernilai jutaan rupiah. Menurut salah satu jemaah, Suharni Zaini, tampilan seperti ini merupakan bagian dari adat istiadat Bugis Makassar yang mendarah daging. Suharni sendiri mengenakan pakaian lengkap yang jika ditotal harganya mencapai Rp 1,8 juta. Selain itu, ada juga jemaah lain yang pulang membawa emas sebagai oleh-oleh untuk keluarganya.
Tampilan nyentrik para jemaah haji yang pulang dari Makassar dengan perhiasan emas yang mencolok sebagian besar berkaitan dengan adat istiadat Bugis Makassar. Bagi mereka, ini merupakan bagian dari tradisi dan identitas budaya yang ingin mereka pertahankan. Beberapa jemaah juga menganggap tampilan yang mencolok sebagai bentuk kebanggaan dan penghormatan terhadap momen suci perjalanan haji.
Selain tampilan nyentrik dengan perhiasan emas, ada beberapa adat istiadat unik yang menjadi bagian dari tradisi kepulangan haji bagi jemaah asal Sulawesi Selatan, khususnya yang berasal dari suku Bugis-Makassar:
Mappatopo: Ini adalah tradisi penyambutan khusus untuk jemaah haji yang kembali dari menunaikan ibadah haji di Makkah. Mappatopo diadakan oleh keluarga, kerabat, dan masyarakat setempat untuk merayakan kepulangan mereka1.
Pakaian Khas Bugis-Makassar: Sebelum berangkat haji, banyak jemaah Sulsel mempersiapkan pakaian khusus yang akan dikenakan saat kembali ke tanah air. Pakaian ini sering disebut “mispa” dan memiliki riasan yang khas. Beberapa jemaah juga menghiasi diri dengan perhiasan, seperti kalung dan gelang, yang mereka beli di Tanah Suci.
@shintadewip