VISI.NEWS — Untuk membangun Kabupaten Bandung, dikatakan Calon Bupati (Cabup) Bandung dari Golkar, Haji Deding Ishak (KDI), tidak perlu merubah sistem yang ada. Ada satu kaidah fiqih yang populer, “al-muhaafadhah ‘alaa qadiimis shaalih wal akhdzu bil jadiidil ashlah”, memelihara nilai-nilai lama yang baik, dan mengambil nilai-nilai baru sebagai sebuah inovasi yang lebih baik.
Dia percaya bahwa sitem yang ada tidak harus dirubah secara revolusioner. Ada hal-hal yang baik yang masih bisa kita pertahankan. Oleh karena itu, kuncinya adalah inovasi. Dengan memperhatikan dokumen perencanaan tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten, serta berdasarkan kondisi obyektif dan harapan-harapan masyarakat Kabupaten Bandung, maka senua bisa terealisasikan dengan tepat.
“Melalui visi Sabilulungan menuju Kabupaten Bandung ‘Manggung’, yang berlandaskan nilai-nilai agama, budaya, dan berwawasan lingkungan, kami optimis bisa mengimplementasikan pembangunan yang baik,” katanya via seluler, Kamis (30/7/2020).
Manggung itu sendiri dijelaskannya merupakan singkatan dari Masagi, Agung, dan Linuhung. Dan untuk mencapai visi misi tersebut dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, dia menyebutkan beberapa hal, diantaranya
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berakhlak mulia, cerdas, unggul, sejahtera dan bahagia lahir-batin.
2. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang inovatif, transparan, akuntabel (good governance) dan terbuka (open governance).
3. Mengoptimalkan potensi, produktivitas, dan daya saing ekonomi daerah berbasis inovasi, teknologi digital dan berwawasan lingkungan.
4. Meningkatkan implementasi nilai-nilai agama dalam mengakselerasi program pembangunan.
“Berangkat dari visi dan misi itu, kami akan memprioritaskan 4 bidang unggulan yang mencakup, Bidang Pembangunan Sumber Daya Manusia, Bidang Ekonomi, Infrastruktur dan Lingkungan Hidup, Bidang Tata Kelola Pemerintahan, dan Bidang Agama,” ujarnya.
Sementara untuk perekonomian, dikemukakannya, secara makro struktur ekonomi Kabupaten Bandung saat ini didominasi oleh sektor sekunder, yaitu industri pengolahan dan perdagangan. Kontribusi sektor ini terhadap PDRB mencapai rata-rata di atas 50% bahkan 60%, disusul sektor tersier kemudian sektor primer. Sebetulnya, sektor-sektor ini masih bisa di akselerasi dengan pemanfaatan teknologi yang saat ini berkembang sebagai dampak positif dari revolusi industri 4.0.
Oleh karena itu, dia akan sangat concern dengan program desa digital yang bisa mengembangkan sektor ekonomi kreatif berbasis desa dan kearifan lokal. Salah satu program yang akan dikembangkan adalah Program Pemuda Penggerak Ekonomi Desa. Sehingga diharapkan desa ini menjadi magnet untuk pengembangan ekonomi wilayah. Istilahnya tinggallah di desa, tapi rezeki kota, dan bisnis mendunia.
Sementara untuk hal lainnya, dia percaya bahwa pertumbuhan pendidikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pertumbuhan pendidikan. Banyak hasil penelitian yang membuktikan adanya hubungan yang ajeg dan positif antara derajat pendidikan dengan kehidupan ekonomi, dalam arti makin tinggi derajat pendidikan makin tinggi pula derajat kehidupan ekonomi, begitupun juga sebaliknya.
Menurutnya, di negara-negara maju, perhatian pemerintahnya terhadap pembangunan sektor pendidikan sangat besar, misalnya komitmen politik anggaran sektor pendidikan tidak kalah dengan sektor lainnya, sehingga keberhasilan investasi pendidikan berkorelasi dengan kemajuan pembangunan makronya. Belajar dari beberapa negara maju seharusnya kita mengambil langkah-langkah strategis dalam upaya membangun pendidikan. Jadi kita harus memandang “education as investment”, pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia. Karena investasi di bidang pendidikan secara nyata akan mendorong kemajuan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan sosial.
Deding menambahkan, Kabupaten Bandung merupakan wilayah kedua paling besar di Indonesia, tapi dengan semangat kebersamaan dia yakin bisa mengelolanya dengan baik. Kuncinya adalah inovasi dan kolaborasi. Dan model pembangunan yang akan menjadi acuan adalah model pembangunan Pentahelix. Model pembangunan ini memiliki dasar filosofis bahwa kekuatan pembangunan suatu negara atau wilayah perlu didukung oleh semua elemen.
Percepatan pembangunan tak bisa dilakukan satu pihak, ungkapnya, maka konsep pembangunan pentahelix, di mana unsur pemerintah, masyarakat atau komunitas, akademisi, pengusaha, dan media bersatu membangun kebersamaan dalam pembangunan. Oleh karena itu, dengan segala potensi sumber daya yang ada, melalui 5 pilar utama, yaitu pemerintah, masyarakat/komunitas, akademisi, pengusaha, dan media harus berupaya terus mendorong dan memfasilitasi masyarakatnya dalam meningkatkan inovasi serta kreatifitasnya yang diharapkan akan dapat menaikan daya saing daerah.
“Pada gilirannya Pemkab Bandung akan mampu meningkatkan keunggulan daerah, dengan didukung pemerataan akses ke sumberdaya produktif, tata kelola pemerintahan yang baik, infrastruktur dan utilitas daerah yang terpadu dan efisien serta mampu memantapkan usaha-usaha ekonomi lokal, inovasi produk dan jasa dan pengembangan industri kreatif berdaya saing di pasar global,” pungkasnya. @qia.