Oleh Aslina Baharum (360info)
- Universitas Sunway
BAYANGKAN menjelajahi terumbu karang yang indah tanpa basah kuyup, atau terbang menembus kanopi hutan hujan sambil duduk di sofa.
Teknologi imersif seperti virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) menjadikan pengalaman ini menjadi kenyataan. Namun yang lebih penting, mereka merevolusi cara kita mengelola keanekaragaman hayati.
Di era dimana ekosistem semakin terancam akibat perubahan iklim, eksploitasi dan polusi, kebutuhan akan solusi inovatif untuk mengelola keanekaragaman hayati sangatlah penting.
VR dan AR telah muncul sebagai alat yang ampuh untuk memeriksa kesehatan keanekaragaman hayati kita dengan memberikan pengalaman yang mendalam dan interaktif. Teknologi ini menawarkan peluang unik untuk memperdalam pemahaman kita tentang ekosistem dan melibatkan masyarakat dalam upaya konservasi.
Di Malaysia, proyek East Coast Rail Link menggunakan simulasi VR di Pusat Pelatihan Keselamatan di Pahang, Malaysia yang memungkinkan pekerja mempraktikkan prosedur keselamatan di lingkungan yang realistis dan bebas risiko. Pendekatan inovatif ini meningkatkan keselamatan pekerja dengan memberikan pengalaman imersif yang menyimulasikan potensi bahaya, berkontribusi pada catatan nol insiden Kecelakaan Waktu Hilang dan kemajuan proyek secara keseluruhan.
Organisasi seperti Smithsonian Institution menggunakan aplikasi AR untuk melibatkan pengunjung dalam upaya konservasi keanekaragaman hayati.
Metode pemantauan tradisional, seperti survei lapangan manual dan penginderaan jarak jauh, sering kali kesulitan untuk menangkap seluruh kompleksitas ekosistem karena keterbatasan dalam cakupan dan resolusi spasial. Misalnya, survei lapangan manual melibatkan penjelajahan ekosistem secara fisik untuk mengumpulkan data mengenai komposisi spesies dan karakteristik habitat, yang dapat memakan waktu dan menantang secara logistik.
Demikian pula, teknik penginderaan jauh, seperti citra satelit dan survei udara, memberikan informasi berharga mengenai pola ekosistem skala besar namun mungkin kurang detail yang diperlukan untuk memahami proses ekologi skala kecil.
Teknologi imersif, seperti VR dan AR, mengatasi tantangan ini dengan memungkinkan peneliti menciptakan lingkungan virtual yang secara akurat meniru ekosistem dunia nyata, sehingga menyediakan platform yang lebih mendalam dan interaktif untuk mempelajari dinamika ekologi.
Para ilmuwan dapat menjelajahi ekosistem virtual ini, mengumpulkan data, dan memantau perubahan dari waktu ke waktu dengan ketepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. AR mengambil pendekatan yang berbeda, dengan menampilkan informasi digital ke dunia nyata, memungkinkan peneliti untuk menambah observasi lapangan mereka dengan data dan wawasan tambahan.
Namun, potensi teknologi mendalam tidak hanya mencakup pemantauan keanekaragaman hayati.
Teknologi-teknologi ini juga memiliki potensi besar untuk pendidikan dan kesadaran keanekaragaman hayati. Dengan membawa pengguna ke dalam lingkungan virtual, pengalaman VR dapat memberikan peluang pembelajaran yang mendalam, memungkinkan individu menjelajahi beragam ekosistem dan belajar tentang pentingnya konservasi keanekaragaman hayati.
VR dan AR menghadirkan alat yang menjanjikan untuk memantau aktivitas ilegal dan melacak migrasi hewan. Sistem pengawasan VR menawarkan simulasi mendalam di daerah terpencil, membantu penegakan hukum dalam memantau perburuan liar dan pembalakan liar.
AR dapat menyimulasikan perangkat pelacakan pada hewan, memberikan wawasan tentang pola migrasi tanpa penandaan fisik. Peta VR interaktif memungkinkan eksplorasi rute migrasi yang mendalam, membantu peneliti dan pelestari lingkungan dalam memahami dan mengkomunikasikan data yang kompleks.
Aplikasi AR dapat lebih meningkatkan kesadaran masyarakat dengan melapisi informasi digital. Bayangkan hutan hujan Amazon muncul di ponsel Anda saat Anda berjalan melewati taman di lingkungan Anda. Itu menjadikan pengalaman sehari-hari menjadi kesempatan pendidikan.
Penerapan teknologi mendalam dalam pengelolaan keanekaragaman hayati secara luas menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah aksesibilitas.
Meskipun teknologi VR dan AR sudah semakin canggih, namun biayanya masih relatif mahal dan memerlukan peralatan khusus. Memastikan akses yang adil terhadap teknologi-teknologi ini sangat penting untuk memastikan bahwa semua pemangku kepentingan, termasuk masyarakat di pusat keanekaragaman hayati memiliki akses.
Membuat VR dan AR lebih terjangkau dan mudah diakses memerlukan beberapa strategi. Berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan untuk menurunkan biaya produksi dan meningkatkan efisiensi teknologi dapat menurunkan harga.
Membina kolaborasi antara perusahaan teknologi, pemerintah, dan LSM dapat mengarah pada program subsidi atau hibah untuk mendukung penerapan VR dan AR di berbagai sektor. Membuat platform dan perpustakaan akses terbuka untuk konten VR dan AR dapat mendemokratisasi akses terhadap sumber daya dan pengetahuan.
Tantangan lainnya adalah integrasi teknologi mendalam ke dalam kerangka konservasi yang ada. Pengelolaan keanekaragaman hayati adalah upaya yang kompleks dan memiliki banyak aspek yang melibatkan koordinasi antar pemangku kepentingan yang beragam, mulai dari ilmuwan dan pengambil kebijakan hingga masyarakat dan komunitas lokal.
Mengintegrasikan teknologi mendalam ke dalam upaya konservasi yang ada memerlukan perencanaan yang cermat, kolaborasi, dan peningkatan kapasitas untuk memastikan bahwa teknologi tersebut melengkapi, bukan menggantikan, pendekatan konservasi tradisional.
Pertimbangan etis dapat dipertimbangkan ketika menggunakan teknologi imersif. Teknologi yang imersif dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan, mulai dari dampak lingkungan hingga eksploitasi terhadap komunitas rentan. Mengembangkan pedoman etika sangat penting untuk memastikan penggunaan yang bertanggung jawab dan bermanfaat bagi keanekaragaman hayati dan populasi lokal.
Terlepas dari tantangan-tantangan ini, potensi teknologi mendalam untuk merevolusi pengelolaan keanekaragaman hayati tidak dapat disangkal.
Dengan memanfaatkan kekuatan VR dan AR, kita dapat membuka wawasan baru mengenai kompleksitas ekosistem, melibatkan pemangku kepentingan dalam upaya konservasi, dan menginspirasi tindakan untuk melindungi keanekaragaman hayati yang berharga di planet kita.
Teknologi imersif mempunyai potensi untuk membentuk masa depan. Memahami dampaknya sangat penting untuk membangun dunia yang lebih berkelanjutan.***
- Ts. Dr Aslina Baharum adalah profesor madya dan pemimpin program di Sunway University, Malaysia. Dia adalah anggota aktif Jaringan Ilmuwan Muda – Akademi Sains Malaysia, anggota senior Institut Insinyur Listrik dan Elektronika, dan ahli teknologi profesional bersertifikat yang diakui oleh Dewan Teknologi Malaysia.