VISI.NEWS – Kementerian Agama (Kemenag) membahas penanganan konflik paham keagamaan di Indonesia. Pembahasan ini dikemas dalam “Temu Konsultasi Penanganan Konflik Paham Keagamaan di Indonesia”.
Giat tiga hari, 14-16 Oktober 2020, ini diikuti pejabat teknis Kemenag yang membidangi bina paham keagamaan Islam dan penanganan konflik, se-Jawa, Sumatra, Kemenag Kabupaten Bogor, Kota Bogor, dan Depok. Hadir juga, perwakilan dari Kesbangpol, Kejaksaan, Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan Direktorat Kewaspadaan Nasional Ditjen POLPUM.
Dirjen Bimas Islam mengatakan salah satu upaya mencegah konflik keagamaan di Indonesia adalah dengan melihat akar masalahnya. Dalam penanganannya pun harus ada sinergi dan kolaborasi antara pemerintah dengan ormas.
“Jadi antara ormas dan pemerintah berkolaborasi menangani persoalan dinamis itu,” ujarnya seperti dilansir kemenag.go.id.
Kamaruddin Amin berharap pertemuan ini dapat membangun semangat kebersamaan intelektual dan menggaungkan moderasi beragama dengan mewujudkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin untuk masa depan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Menurutnya, di era kemajuan teknologi informasi saat ini, ada kecenderungan naiknya intensitas penyampaian ujaran kebencian.
Hal ini perlu diantisipasi dan dimitigasi agar potensinya tidak membesar dan kemudian menjadi faktor penyebab konflik.
Kamaruddin Amin mengatakan, tantangan dakwah saat ini adalah terus mempromosikan Islam rahmatan lil ‘alamin bagi masa depan bangsa dan dunia. Apalagi, Indonesia adalah negara yang sangat beragam suku, agama, ras, bahasa, dan lainnya. Harmoni dalam kemajemukan yang selama ini terjalin harus terus diga.
“Semangat dan praktik ini perlu diupayakan dan ditumbuhkembangkan, bahkan hingga level dunia. Indonesia dapat menjadi salah satu model negara muslim yang mampu menjembatani tuntutan modernitas global dengan mengedepankan perdamaian dan kerja sama sesama negara bangsa dunia,” pungkasnya.
Kasubdit Bina Paham Keagamaan Islam dan Penanganan Konflik Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Nur Khazin menambahkan, pertemuan tiga hari ini membahas cara penanganan konflik paham keagamaan secara komprehensif dan berkesinambungan dengan pendekatan kultural atau kearifan lokal dan pendekatan agama.
“Melalui acara ini kami harapkan dapat melahirkan ide-ide dan gagasan strategis serta komprehensif terkait konsepsi, implementasi, dan sosialisasi penanganan paham keagamaan, baik di daerah yang penduduknya mayoritas beragama Islam maupun sebaliknya. Ini penting demi terwujudnya pembangunan keagamaan yang lebih adil, manusiawi, damai, dan berperadaban,” pungkasnya. @fen