VISI.NEWS | JAKARTA – Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama meminta dua maskapai yang menjadi pengangkutan jemaah haji menggunakan produk lokal di sajian makanannya ketika berada dalam perjalanan ke Tanah Suci maupun kepulangan ke Tanah Air.
Demikian dikatakan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama Hilman Latief saat Rapat Koordinasi Persiapan Bandara Embarkasi di Ruang Sidang Ditjen PHU Kantor Kemenag Jakarta. Jumat (13/5/2022).
“Intinya saya ingin mitra kita menggunakan produk Indonesia dalam rangka mendorong ekosistem ekonomi haji,” kata Hilman, dilansir dari laman resmi Kemenag RI.
Sebelumnya, usai melantik 23 Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta Pondok Gede Tahun 1443H/2022M, ia juga menekankan pentingnya menggunakan produk lokal pada bahan makanan yang disajikan maskapai saat jemaah haji di dalam perjalanan menuju ke Tanah Suci.
Hilman yang didampingi Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Saiful Mujab serta Kepala Kanwil Kemenag DKI Jakarta Cecep Khairul Anwar juga melihat-lihat dan sempat mencicipi makanan contoh (meal test) yang nantinya akan disajikan kepada jemaah haji di dalam pesawat.
“Kami akan terus mendorong produk lokal untuk kebutuhan makanan jemaah haji,” ujarnya.
Hilman kemudian menjelaskan bagaimana penyelenggaraan haji dan ibadah umrah di Indonesia dapat berkontribusi dalam penguatan ekonomi masyarakat.
“Haji dan umrah adalah sebuah tradisi yang sangat panjang di Indonesia, dan bahkan Indonesia saat ini sudah menjadi negara dengan kontingen jemaah terbesar,” terangnya beberapa waktu lalu.
“Pada kondisi normal setiap tahunnya ada kisaran 230 ribu jemaah yang berangkat, kemudian ada 17 juta porsi makan, 100 ribu kamar yang dipakai, selama 40 hari, dengan dana sekitar 16-17 triliun, dan ini semua baru pada haji-nya saja,” jelas Hilman.
Data ini diyakini Hilman akan sangat berdampak pada penguatan ekonomi masyarakat, terutama bagi para pengusaha yang bergerak di sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
“Dengan dana 17 triliun ini, kita pikirkan dampaknya bagi masyarakat Indonesia seperti apa, termasuk bagi UMKM dan pengusaha Indonesia. Misalkan saja, jika pengusaha atau UMKM kita dari sektor pertanian bisa melayani konsumsi 17 juta porsi jemaah, berapa banyak petani yang bisa ekspor-impor di situ,” tuturnya.
Saat ini, kata Hilman kontrak 2 maskapai sudah selesai dengan Garuda dan masih berproses dengan Saudia untuk penandatangan MoU serta tes makanan jemaah di pesawat. @fen