Ketidakadilan pada Perempuan Lahir dari Kesalahan Cara Pandang Sosial

Editor Ilustrasi. /pexels.com/Ilzy Sousa
Silahkan bagikan

VISI.NEWS | JAKARTA -Ketidakadilan pada perempuan kerap terjadi dalam lingkup sosial masyarakat. Mirisnya, ketidakadilan yang berakar terhadap cara pandang negatif kepada perempuan ini kerap tidak disadari karena muncul dalam tindakan yang diyakini baik dan ilmiah oleh masyarakat. Pernyataan itu diungkapkan oleh akademisi bidang tafsir dan pendiri Ngaji Keadilan Gender Islam (KGI), Nur Rofiah, saat mengisi kelas Keadilan Gender Islam di acara Duta Santri Nasional 2021.

Menurutnya, hal tersebut juga kerap muncul dalam pandangan keagamaan. Sementara diyakini bahwa Islam justru mempunyai cara pandang yang sangat positif pada perempuan. “Islam telah menegaskan kemanusiaan perempuan sejak awal hadir. Artinya, perempuan dan laki-laki sama-sama berstatus hanya hamba Allah yang mengemban amanah sebagai khalifah fil ‘ardl,” tutur Dosen Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ) Jakarta itu.

Sebab, kata dia, keduanya (perempuan dan laki-laki) menjadi subyek penuh sistem kehidupan sehingga sama-sama wajib mewujudkan kemaslahatan di muka bumi, sekaligus berhak menikmatinya. “Manusia tidak hanya sebagai makhluk jasmani tapi juga makhluk ruhani yang membutuhkan kasih sayang, dihormati, dan dihargai. Status melekat yang dibawa manusia sejak lahir, yaitu sebagai hamba Allah swt konsekuensinya adalah tidak boleh menghamba selain kepada-Nya,” kata penulis buku Nalar Kritis Muslimah itu. “Misalnya, menghamba popularitas, maupun menghamba kepada harta dan tahta. Apalagi saling memperhamba satu sama lain,” sambungnya.

Kemanusiaan perempuan

Menurut alumni Universitas Ankara Turki ini, ketidakadilan yang kerap disandingkan dengan perempuan berakar dari cara pandang negatif pada lima pengalaman biologis perempuan, yaitu menstruasi, hamil, melahirkan, nifas, dan menyusui. Selanjutnya membuat perempuan sangat rentan alami lima pengalaman sosialnya, yaitu dicap negatif (stigmatisasi), direndahkan (subordinasi), dipinggirkan (marjinalisasi), kekerasan, dan beban ganda. Cara pandang positif pada perempuan, jelasnya, meniscayakan pengakuan atas lima pengalaman biologis perempuan sebagai bagian dari kemanusiaan mereka. Karena lima pengalaman biologis perempuan tersebut disertai dengan rasa sakit (adza) bahkan sangat sakit (wahnan ‘ala wahnin), maka sebuah tindakan hanya disebut manusiawi jika tidak menambah sakit lima pengalaman biologis ini.

Baca Juga :  Pemprov Jatim Beri Santunan 75 Petugas Pemilu Meninggal Dunia

“Lima pengalaman sosial perempuan di atas juga tidak adil sehingga sebuah tindakan hanya dinilai manusiawi jika tidak mengandung salah satunya,” jelas anggota Majelis Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) itu. Cara pandang atas sepuluh pengalaman perempuan ini, lanjut Nur Rofiah, menentukan level kesadaran seseorang tentang kemanusiaan perempuan dan sangat mempengaruhi cara pandang umat atas kemaslahatan manusia sebagai tujuan agama.

Pertama Terendah, yaitu menolak perempuan sebagai manusia. Kesadaran level ini tidak memandang tindakan buruk pada perempuan sebagai pelanggaran agama.

Kedua Menengah, yaitu menolak pengalaman biologis khas perempuan sebagai bagian dari kemanusiaan mereka. Kesadaran level ini belum memandang tindakan buruk pada pengalaman ini dan tindakan tidak adil hanya karena menjadi perempuan sebagai pelanggaran agama.

Ketiga Tertinggi, yaitu memandang pengalaman biologis perempuan sebagai bagian dari kemanusiaan mereka sehingga tindakan buruk pada pengalaman biologis khas perempuan atau mengandung ketidakadilan hanya karena menjadi seorang perempuan sebagai pelanggaran agama.

“Inilah yang disebut keadilan hakiki perempuan,” terang pengurus aktif di organisasi Fatayat NU itu.

Ikhtiar Nur Rofiah menyadari bahwa tantangan mewujudkan keadilan gender Islam sangat besar. Laki-laki bagaimana pun tidak mengalami rasa sakit saat menstruasi, hamil, melahirkan, nifas, dan menyusui. Mereka juga mengalami ketidakadilan hanya karena menjadi perempuan. Karenanya sangat wajar jika tidak mengetahuinya, lalu memandangnya tidak ada sehingga tidak mempertimbangkannya.

Sementara hingga kini, ruang-ruang strategis pengambilan keputusan di keluarga, masyarakat, negara, dunia, dan agama masih mereka dominasi. Tantangan lainnya yang juga besar menurutnya adalah cara pandang negatif atas perempuan ini telah mewarnai cara pandang manusia atas dunia selama berabad-abad. “Tidak mustahil ia juga mewarnai nilai-nilai kebaikan universal seperti kemanusiaan dalam Hak Asasi Manusia, norma sosial dan kearifan masyarakat, standar ilmiah dalam sains, dan standar kemaslahatan dalam agama,” terang alumni Pondok Yayasan Khoiriyah Hasyim Seblak, Jombang, Jawa Timur itu.

Baca Juga :  Survei Pembayaran Perusahaan Coface Asia 2023: Perusahaan-perusahaan Asia Mengalami Lebih Sedikit Penundaan Pembayaran

Tantangan ini, tambah dia, meniscayakan ikhtiar semua pihak. Ia sendiri berinisiatif menggelar Ngaji KGI sejak pertengahan 2019. Semula ngaji dilakukan secara offline dan gratis karena memanfaatkan kesempatan tugas keluar kota.

Sejak pandemi, ngaji hanya dilakukan secara online yang justru jadi bisa dijangkau lebih luas. Dalam setahun ngaji telah diikuti oleh ribuan peserta lebih, baik dari dalam maupun luar negeri. “Yang penting setiap orang ikhtiar untuk menggunakan modal sosialnya berupa kesehatan fisik, harta, kekuasaan, wewenang, pengetahuan, pengalaman, keterampilan, maupun jaringan yang dimiliki untuk ikut mewujudkan sistem kehidupan yang menjadi rahmat bagi semesta, termasuk bagi perempuan,” imbuh pengurus Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) itu.@mpa/nu

M Purnama Alam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

HUT TNI Ke-76 Dandim 0619/PWK Mendapatkan Kejutan Dari Kapolres Purwakarta

Rab Okt 6 , 2021
Silahkan bagikanVISI.NEWS |PURWAKARTA – Momentum HUT TNI ke-76, sejumlah personel polisi yang di Komandoi AKBP Suhardi Hery Haryanto memberikan kejutan kepada Dandim 0619/Purwakarta, Letkol Arm Krisrantau Hermawan. Kejutan yang diberikan berupa kue ulang tahun. Selain Kodim 0619/Purwakarta, personel Polri dari Polres Purwakarta mendatangi sejumlah markas Tentara di Purwakarta, yakni Resimen […]