Ketua Umum Perhorti: 7.000 “Kampung Hortikultura” Belum Sesuai Harapan

Editor Ketua Umum Perhorti, Prof. Slamet Susanto bersama pengurus Komda Perhorti Jawa Tengah./visi.news/tok suwarto
Silahkan bagikan

VISI.NEWS | SOLO – Para petani muda yang mengembangkan smart farming di “Kampung Hortikultura”, sebelum memanfaatkan teknologi canggih dalam budi daya perlu memahami dahulu karakteristik setiap tanaman, baik tanaman buah, sayuran, maupun tanaman bahan obat.

Dalam pengembangan smart farming untuk mendukung”Kampung Hortikultura” berkelanjutan, juga harus didukung sarana dan prasarana lain, di antaranya pasokan energi listrik yang memadai.

Ketua Umum Perhimpunan Hortikultura Indonesia (Perhorti), Prof. Dr. Slamet Susanto, menegaskan masalah itu kepada VISI.NEWS, seusai Focus Group Discusion (FGD) “Pelaporan Evaluasi Kampung Hortikultura dan UMKM Hortikultura” di Solo, yang digelar Komisariat Daerah (Komda) Perhorti Jawa Tengah di Swiss Bellin Saripetojo, Senin (31/10/2022).

“Para petani yang memanfaatkan teknologi canggih, seperti menyiram tanaman menggunakan drone, melakukan irigasi jarak jauh dengan hand phone, dengan green house dan sebagainya harus memahami karakteristik tanaman. Percuma menggunakan alat canggih untuk smart farming, kalau petani tidak paham karakteristik tanaman dan listrik sering mati. Jadi, yang terpenting memahami tanaman yang perkembangan produktivitasnya punya karakter masing-masing,” ujar Prof. Slamet.

Dia menjelaskan, kebutuhan air, sinar matahari, pemupukan dan sebagainya pada satu jenis tanaman dengan lainnya berbeda.

Selain itu, karakteristik benih tanaman yang sama dari satu daerah dengan daerah lain juga berbeda-beda.

“Membudidayakan tanaman hortikultura dengan alat canggih belum tentu menghasilkan produktivitas baik. Benih tanaman dari satu daerah yang berhasil baik, di daerah lain juga belum tentu hasilnya sama. Itu pentingnya petani memahami karakteristik tanaman hortikultura agar Kampung Hortikultura yang berkelanjutan berhasil baik,” jelasnya.

Pengembangan Kampung Hortikultura yang baru sekitar 2 tahun, dari sebelumnya merupakan program kawasan hortikultura, berdasarkan catatan Perhorti di seluruh Indonesia saat ini sebanyak 7.000 lebih.

Baca Juga :  PONXX/2021 PAPUA, Cabor Menembak Sumbang Satu Lagi Emas

Namun dari jumlah sebanyak itu, menurut Ketua Umum Perhorti, belum banyak “Kampung Hortikultura” yang sesuai harapan pemerintah dan baru beberapa Kampung Hortikultura yang termasuk kategori sedang berkembang secara berkelanjutan. Di samping masalah pemahaman karakteristik tanaman di kalangan petani, Prof. Slamet Susanto juga melihat pentingnya setiap daerah memiliki sentra perbenihan hortikultura, agar karakteristik tanaman yang ditanam petani sesuai dengan kondisi setiap daerah.

Dalam kaitan itu, katanya, Perhorti bersama Direktorat Jenderal Hortikultura melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan Kampung Hortikultura yang melibatkan seluruh Komda Perhorti se Indonesia.

“Kampung Hortikultura” merupakan program pemerintah yang dikembangkan Dirjen Hortikultura, Kementerian Pertanian, dengan memberikan bantuan dan pendampingan terhadap para petani budidaya hortikultura dengan “Kampung Hortikultura” berkelanjutan.

Prof. Slamet Susanto mengungkapkan, dalam 2 tahun sejak dikembangkannya Kampung Hortikultura dari kawasan hortikultura, sebagian besar masih ditangani petani berusia tua. Sehingga dia menekankan pentingnya pengembangan smart farming dan pemahaman karakteristik tanaman di kalangan petani muda.

Ketua Komda Perhorti Jawa Tengah, Prof. Dr. Eddy Triharyanto, ketika memaparkan hasil monitoring dan evaluasi pengembangan “Kampung Hortikultura” di Kabupaten Batang, Temanggung, Purbalingga, Brebes dan Pati, mendapati potensi hortikultura yang luar biasa.

Dia bersama tim monitoring dan evaluasi berkesimpulan, di antara 160 responden petani di Kampung Hortikultura, termasuk kelompok tani dan UMKM hortikultura, secara umum baru dalam kondisi cukup berkelanjutan.

“Permasalahan yang dihadapi petani hortikultura dari hulu hilir, terkait perbenihan sampai pemasaran hasil. Dalam Mengembangkan kampung hortikultura beserta produk secara berkelanjutan, memerlukan dukungan pentaholic, selain pemerintah dan kalangan akademisi, juga pelaku usaha, media massa, dan perbankan,” katanya.

Dalam FGD yang dihadiri Dra. Novianti dari Direktorat Perbenihan, Ditjen Hortikultura tersebut, terungkap berbagai masalah dalam pengembangan Kampung Hortikultura dan UMKM Hortikultura berkelanjutan, di antaranya yang diungkapkan anggota Perhorti, Sri Mulyono Herlambang, tentang budi daya hortikultura yang tidak semakin mudah, tantangan akibat perubahan iklim yang besar, dan sebagainya. @tok

Baca Juga :  Tegas! Ace Hasan: Jangan Ada Potongan Bantuan Ponpes

Fendy Sy Citrawarga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

LALIGA SPANYOL | Hasil, Klasemen, dan Jadwal, Elche Masih Terpuruk di Dasar Klasemen

Sel Nov 1 , 2022
Silahkan bagikanVISI.NEWS | SPANYOL – Elche makin terpuruk di posisi dasar klasemen LaLiga Spanyol 2022/2023. Itu terjadi setelah pada Selasa (1/11) dini hari tadi dipecundangi Getafe dengan skor tipis 0-1. Pertandingan yang berlangsung di Estadio Martinez Valero dan disaksikan 19.588 penonton itu berlangsung alot sehinga gol pun baru tercipta di […]