Search
Close this search box.

KH Abdurrahman Navis : Jernihkan Hati, Menerima Hidayah Ilahi

KH Abdurrahman Navis, Ketua MUI Jawa Timur dan Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Huda Surabaya./via muijatim.or.id/ist.

Bagikan :

VISI.NEWS | JATIM: Ramadan merupakan momentum istimewa untuk membersihkan hati manusia dari pengaruh buruk kemaksiatan pada diri masing-masing. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., di bulan suci ini pintu surga terbuka lebar, pintu neraka ditutup rapat dan setan-setan dibelenggu.

Demikian dikemukakan KH Abdurrahman Navis Ketua MUI Jawa Timur dan Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Huda Surabaya.

Dikatakannya lebih lanjut, kondisi tersebut diharapkan agar kaum muslim dapat memanfaatkan kesempatan emas ini dengan berusaha sekuat mungkin untuk mendekatkan diri pada Allah, menguatkan kepedulian pada sesama dan menjaga jarak sejauh mungkin dengan segala bentuk kemaksiatan.

“Selain karena dilarang oleh Allah SWT, kita memang harus menjaga diri dari melakukan maksiat sebab kemaksiatan bisa berdampak buruk bagi pelakunya,” terangnya dilansir dari laman resmi MUI Pusat dari laman MUI Jatim.

Di antara dampak buruk tersebut, pertama, melemahkan rasa ta’dzim (mengagungkan) kepada Allah. Sebab jika rasa ta’dzim itu ada dalam hati, tentu tidak akan mungkin berani melakukan kemaksiatan.

Orang yang suka melakukan perbuatan maksiat (durhaka) kepada Allah akan berakibat kehilangan kewibawaannya di hati makhluk atau manusia sehingga apa pun kedudukannya sebagai pejabat, kiai, tokoh masyarakat atau lainnya. Jika dia sering melakukan maksiat akan jatuh dalam pandangan manusia dan Allah. Jika sudah demikian siapa yang akan bisa mengangkat derajatnya? Tentu jawabanya tidak ada lain kecuali dia mau bertaubat.

Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat al-Haj ayat 18 (yang artinya):

“Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.”

Kedua, menimbulkan rasa takut dan gelisah dalam hati. Maka jika seseorang yang berakal sehat mau berpikir dan menimbang antara enaknya maksiat dan rasa takut serta gelisah setelah melakukan maksiat itu, maka dia akan tahu betapa ruginya karena dia telah menjual kenikmatan atau kenyamanan taat, manisnya ibadah dengan kegelisahan dan takut akibat kemaksiatan.

Baca Juga :  Jadwal Sholat Kabupaten Bandung Hari Ini, Senin 3 Februari 2025

Ketiga, memalingkan hati dari kesehatanya dan istikamahnya hati dalam sakitnya. Maka hati akan selalu sakit, tidak bisa mengambil manfaat dengan makanan hati (naseiat dan petuah agama) yang menjadi sumber kehidupannya karena dosa itu penyakitnya hati dan tidak ada obatnya kecuali meninggalkannya.

Para ahli tasawuf sepakat bahwa hati ini tidak bisa mencapai keinginannya sehingga sampai kepada Tuhannya (makrifat kepadaNya) dan tidak akan sampai kepada-Nya sehingga hati ini bersih dan sehat, dan tidak bisa sehat hingga hilang semua penyakitnya, dan tidak akan bisa hilang semua penyakitnya kecuali dengan melawan hawa nafsunya. Dan jika penyakit ini dibiarkan akan membunuh hati ini sehingga akan selalu gelisah, susah, dan tiada ketenangan.

Pengaruh keempat dari perbuatan maksiat adalah membutakan hati. Semakin besar dosa dan maksiat maka semakin redup cahaya hati, dan jika sampai mati dalam keadaan maksiat dan dosa maka kegelapan itu akan terbawa sampai ke kubur.

Nabi Muhammad saw. bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya kuburan-kuburan itu dipenuhi kegelapan bagi penghuninya dan sesungguhnya Allah meneranginya dengan doaku kepada mereka”. (HR Muslim)

Demikianlah. Semoga di bulan suci Ramadan ini, Allah SWT menyelamatkan kita semua dari godaan berbagai macam kemaksiatan sehingga pasca bulan Ramadan nanti hati kita menjadi semakin jernih dan mampu menerima cahaya hidayah sepanjang hidup kita. Aamiin. Yaa Rabbal ‘Alamiin. @fen

Baca Berita Menarik Lainnya :